PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Sebelum
membahas lebih jauh, perlu di ingatkan bahwa istilah sosialis biasa di lihat
dari berbagai sudut pandang, mulai dari falsafah, idiologi, cita-cita, ajaran,
gerakan,politik, atau system ekonomi politik. Focus kita adalah pada yang di
sebut paling awal yakni falsafah sosialis utopis.
Banyak
orang beranggapan bahwa sosialisme identik dengan ajaran Marx (Marxisme). Hal
ini keliru, sebab jauh sebelum marx sudah ada pemikiran-pemikiran atau
gagasan-gagasan tentang kebersamaan dan kolektivisme. Pembahasan tentang
sosialis menurut waktu dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu (1) sosialisme
sebelum Marx (utopis), (2) sosialisme Marx (marxisme), (3) sosialis sesudah
Marx (Deliarnov, 2005).
Gagasan
sosialisme yang di kemukakan di atas, mulai dari plato hingga Thomas More,
Tomasso, Campenella, Francis Bacon, dan James Hurington di ketegorikan sebagai
sosialis utopis. Di katakan demikian sebab pemikiran-pemikiran mereka hanya di
tuangkan dalam bentuk idea tau gagasan, tetapi tidak direalisasikan dalam dunia
realistas.
Tulisan
ini ingin menyampaikan gagasan-gagasan yang di kemukakan oleh para teoritisi
sosialis utopis, sehingga menjadi titik tolak teoritisi selanjutnya. Seperti
pemikiran Marx dan Enggels yang di anugrahi dari pendahulu sebelumnya. Filsafat
sosialis utopis hanya mengemukakan landasan-landasan untuk mengubah pada zaman
pertengahan.
Sosialis utopis sendiri
berasal dari tulisan
yang diambil dari buku Thomas More, Kanselir Inggris di masa
pemerintahan Raja Henry VIII yang diterbitkan pada tahun 1816 yang
berjudul tentang keadaan negara yang terbaik dan tentang pulau yang baru
Utopia. Di pulai Utopia tidak akan ada lagi milik perorangan, hari kerja
ditetapkan sampai jam 6 dan baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan bekerja.
Kewajiban belajar yang umum bagi anak laki-laki maupun perempuan serta
kebebasan agama yang mutlak.
a.
bagaimana pemikiran
sosialis sebelum marx?
b.
Apa saja buah hasil dari
pemikiran para filsuf sosialis utopis?
c.
Bagaimana jalannya
sosialis utopis menjadi ilmu?
d.
Siapa saja tokoh yang
paling di kenang dan apa saja buah pikiran mereka?
Penulis mengambil judul pada penelitian ini adalah Fisafat sosialis utopis
Wilayah yang di teliti meliputi pemikiran-pemikiran yang di
kemukakan oleh para filsuf sosialis utopis, sehingga penelitian ini membahas
tentang awal pemikiran sosialis sendiri sampai terbentuknya sosialis kelompok.
Pemikiran-pemiran yang di hasilkan para sosialis utopis ini yang di bahas dalam
penelitian ini.
Sumber informasi:sesuai dengan kebutuhan penelitian suumber yang
di gunakan peneliti adalah buku dan media online.
Lokasi penelitian: penelitian ini berlangsun di perpustakaan
Waktu penelitian: meliputi dari awal pengumpulan data hingga
selesai menjadi laporan memakan waktu dari tanggal 28 mai - 5 juni
4. Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum:
penelitian ini
bertujuan untuk menguak secara lebar tentang pemikiran-pemikiran sosialis
utopis yang hampir tidak pernah kita dengar ketika masih menjalani perkuliahan
di jenjang S1,selain hal tersebut penelitian ini juga bertujuan untuk
memperkenalkan kembali hasil-hasil para pemikir sosialis utopis, dan dengan
tulisan ini agar pemikiran-pemikiran tentang komunis yang negatif dapat pikir
ulang karena sosialis bukanlah suatu hal yang selalu kejam seperti di bekas
unisoviet namun sosialis juga mengajarkan kita untuk saling membagi dan
persamaan hak.
B. Tujuan
Khusus:
a. ingin memberi sebuah sumbangan referensi untuk para pengkaji
sosialis utopis.
b. memperkenalkan kembali sosialis yang telah hilang di telinga
kita.
c. memberi pencerahan sedikit tentang sosialis
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian
meliputi:
a. menambah ilmu yang di
miliki.
b. Mengetahui bahwa sebelum
lahirnya system komunis yang di kembangkan oleh Marx terlebih dahulu sudah di
kaji oleh para fisuf dan sarjana politik.
c. Mengenal lebih jauh
pemikiran-pemikiran sosialis utopis.
d. Mengetahui secara
keilmuan bagaimana proses jalannya sosialisme utopis menjadi ilmu.
e. Untuk menjelaskan kepada
khalayah umum bahwa sosialis bukan saja Marx akan tetapi sosialis mempunyai perkembangan yang cukup lama sejak yunani kuno hingga di aplikasikan oleh
Lenin.
JUDUL: FALSAFAH SOSIALIS
UTOPIS.
Bab I :Pendahuluan
Bab ini akan
membahas (1) latar belakang masalah, (2) perumusan masalah (3) tinjauan penelitian (4) manfaat penelitian (5) pertanyaan penelitian (6) sistematika
penelitian
Bab II :Tinjauan
Teoritis
Bab II ini,
peneliti akan memaparkan kerangka teori/ tujuan pustaka seperti buku-buku
Bab III :Metode Penelitian
Bab
ini membahas (1) lokasi dan waktu penelitian (2) jenis penelitian (3) populasi
dan sampel (4) teknik pengumpulan data (5) teknik analisis data (6) operasional
variable.
Bab IV :Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Bab V :Penutup
Dalam
bab ini berisi kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Daftar
pustaka merupakan rujukan yang di gunakan peneliti sebagai acuan dasar untuk
mengaitkan ide dasar peneliti dengan ide yang telah di terpkan oleh peneliti
lain.
D.
TINJAUAN
TEORITIS
Dalam bahasan ini
tinjauan teoritis yang di jelaskan mencakup falsafah sosialis utopis.
1. SOSIALIS
Sosialisme
adalah suatu cita-cita, suatu ajaran dan suatu pandangan hidup. Akan
tetapi Sosialisme adalah pula suatu gerakan untuk mengubah masyarakat hidup
bersama, serta kehidupan kita umumnya. Malahan Sosialisme sekarang pun
merupakan kekuasaan, kekuasaan di berbagai negeri dan bangsa dimana kaum yang
mengaku dirinya sosialis telah berhasil untuk memegang tampuk pemerintahan
(syahrir).
Sosialisme
adalah untuk sebahagian suatu tujuan dan satu ajaran, satu teori, akan tetapi
kita baru akan lengkap mengerti apa yang harus kita pahamkan dengan Sosialisme
itu jika kita tambahkan pada pengetahuan teori kita tentang berbagai ajaran
Sosialisme, pengetahuan tentang gerakan gerakan Sosialis, tentang praktek dalam
perjuangan untuk mencapai Sosialisme (syahrir).
Tujuan
Sosialisme umumnya diketahui orang terpelajar, yaitu mencapai suatu masyarakat
pada mana rezeki adil dan rata terbagi, suatu masyarakat yang tidak mengenal
penghisapan dan penindasan, artinya suatu masyarakat pada mana tiada terdapat
orang yang sengsara dan mati kelaparan sedangkan ada pula orang yang lain yang
hidup dalam kemewahan dan kekayaan yang berlebihan, suatu masyarakat pada mana
tidak terdapat bahwa segolongan kecil orang menguasai kehidupan orang banyak
yang lain secara ekonomis ataupun politis. Apalagi suatu masyarakat pada mana
segolongan kecil manusia dapat memperkaya diri mereka atas dasar kemiskinan dan
kebodohan golongan manusia yang terbesar (syahrir).
Oleh
karena itu maka dasar dan jiwa Sosialisme, inti Sosialisme,
adalah rasa kemanusiaan, adalahrasa setia kawan kemanusiaan.
Dasar
tuntutan Sosialisme sebenarnya adalah moril (sjahril). Sosialisme memihak pada
orang banyak yang miskin serta sengsara serta terbelakang dalam segala segi
kehidupan. Sosialisme menentang penindasan, penghisapan serta kesewenangan dari
satu golongan kecil yang berkuasa terhadap golongan yang terbesar. Ia berbuat
begitu oleh karena Sosialisme berpegang pada keyakinan bahwa pada yang miskin,
sengsara dan lemah selalu akan terdapat lebih banyak kebenaran
dan kebaikan daripada yang berkuasa dan kaya serta
merajalela. Sosialisme berpihak pada yang banyak, yang lemah dan miskin oleh
karena kemanusiaan terdiri dari yang banyak itu. Oleh karena itu maka dasar dan
jiwa Sosialisme, inti Sosialisme, adalah rasa kemanusiaan, adalah rasa setia
kawan kemanusiaan. Hal ini juga benar untuk apa yang kerap menamakan dirinya
Sosialisme yang berdasar pada ilmu pengetahuan ataupun Sosialisme Marx Engels.
Atas
dasar setiakawan kemanusiaan itu Sosialisme menghendaki supaya tidak saja
rezeki yang diperoleh di antara kemanusiaan itu adil terbagi secara
merata, akan tetapi juga bahwa rezeki untuk kemanusiaan itu diusahakan dengan
cara setiakawan kemanusiaan, yaitu dengan usaha bersama, atau dengan kata asing
dengan carakollektief (Syahrir).
Pemikiran
sosialis diinspirasi dari ajaran teori klasik, terutama oleh ajaran nilai kerja
dari David Richardo. Marx mencoba menyempurnakan ajaran nilai kerja David
Ricardo dengan menggunakan pengertian kerja kemasyarakatan / perusahaan tingkat
menengah yang perlu (“gemiddeld maatschappelijk nood-zakelijke arbeid“)
di mana dikatakan bahwa nilai barang-barang dibayar dari kerja buruh yang
mempunyai tenaga kerja dan semangat kerja menengah dengan menggunakan alat
produksi yang diperlukan dalam zaman dia hidup. Dengan membuat berlaku ajaran
nilai ini bagi faktor produksi tenaga kerja sampailah Marx pada “ajaran nilai
lebih”, suatu ajaran yang sangat banyak mempunyai arti psikologis bagi
perjuangan kaum sosialis. Selanjutnya Marx membuat ramalan bahwa kapitalis akan
runtuh dengan sendirinya, meskipun demikian Marx menganjurkan untuk mendirikan
organisasi politik untuk mempercepat kedatangan Chiliasme.
A. SOSIALIS
UTOPIS
Kaum
Sosialis Utopis menentang organisasi masyarakat yang sudah ada, tetapi tidak
dapat menerangkannya, kaum Sosialis Utopis hanya dapat menolaknya sebagai
sesuatu yang immoral. Sedangkan Sosialisme yang dikembangkan oleh Marx dan
Engels dikenal sebagai “Scientific Socialism” (enggels).
Nama
Utopis diambil dari buku Thomas More, Kanselir Inggris di masa pemerintahan
Raja Henry VIII yang diterbitkan pada tahun 1816 yang berjudul
tentang keadaan negara yang terbaik dan tentang pulau yang baru Utopia. Di
pulai Utopia tidak akan ada lagi milik perorangan, hari kerja ditetapkan sampai
jam 6 dan baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan bekerja. Kewajiban belajar
yang umum bagi anak laki-laki maupun perempuan serta kebebasan agama yang
mutlak (yohanli).
Kaum
klasik mempercayai bahwa apabila setiap orang dibebaskan untuk bertindak
mengejar keuntungan individu, maka tanpa disadarinya mereka akan memberikan
kontribusi kepada masyarakat, sehingga kaum klasik percaya adanya “invisible
hand” yang menuntun, sehingga tercapainya kemakmuran. Kemakmuran tercapai
oleh mekanisme pasar yang harmonis secara alamiah sehingga menciptakan
keuntungan diantara individu.
Kaum
sosialis (“scientific socialism“) sendiri lebih percaya bahwa kemakmuran
akan tercapai bila masing-masing individu tidak mengejar keuntungan pribadi
akan tetapi memberikan seluruhnya kepada masyarakat sehingga diharapkan seluruh
anggota masyarakat dapat menikmati hasil secara merata. Kaum sosialis mengutuk
para kapitalis yang dianggap memeras kaum buruh, kaum sosialis menganggap
pemerintah yang pro kapitalis tidak akan pernah memperhatikan kesejahteraan
kaum proletar, sehingga satu-satunya cara untuk mencapai kemakmuran adalah
dengan menumbangkan pemerintahan yang kapitalis dan digantikan oleh
pemerintahan baru yang pro dengan buruh. Kaum sosialis tidak percaya bahwa
distribusi kekayaan menurut sistem kapitalis dapat bersifat adil bagi
masyarakat kebanyakan.
B. SOSIALIS
DAN KOMUNIS
Istilah sosialisme dapat
merepresentasikan banyak arti. Selain sistem ekonomi, juga menunjukkan aliran
falsafah, ideologi, cita-cita, ajaran-ajaran atau gerakan. Menurut J.S. Mill , secara
sempit sosialisme ialah kegiatan menolong orang-orang yang tak beruntung dan
tertindas.
Secara luas, sosialisme diartikan sebagai bentuk perekonomian yang
pemerintahannya paling kurang bertindak sebagai pihak yang dipercayai oleh
seluruh warga masyarakat untuk mengelola perekonomian, termasuk kewenangan
untuk menguasai unit produksi yang menyangkut hajat hidup orang
banyak dan menghilangkan kepemilikan oleh swasta (Brinton, 1981).
Jadi, sistem ini mengharuskan akan adanya kepemilikan secara kolektif terhadap
sumber-sumber produksi. Negara eks Soviet dan Inggris-yang dikuasai oleh partai
buruh- dapat dimasukkan ke dalam sistem sosialis.
Bagaimana dengan komunisme?. Karena istilah sosialisme sering muncul bersamaan
dengan komunisme. Pada dasarnya istilah komunisme dan sosialisme tidak banyak
perbedaannya, bahkan Marx menggunakannya secara bergantian.
Istilah ”komunisme” pertama kali muncul sejak meletusnya revolusi
Bolshevik tahun 1917. Menurut Brinton (1981), sosialisme
menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah yang
berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur pemerintah dengan memberikan
kompensasi kepada swasta. Sedangkan pada komunisme peralihan kepemilikan
dilakukan secara cepat dan paksa tanpa memberikan kompensasi .
Jadi, walaupun tujuan yang akan dicapai sama, tetapi cara yang digunakan
berbeda. Dapat dikatakan bahwa komunisme adalah bentuk sosialisme yang paling
ekstrem. Karena untuk mencapai masyarakat komunis yang dicita-citakan diperoleh
melalui suatu revolusi. Sistem sosialisme-komunisme sering juga disebut sistem
”perekonomian komando” atau sistem ”ekonomi totaliter”, karena negara mutlak
menguasai unit-unit ekonomi. Aliran sebelum Marx ini sering dimasukkan kedalam
sosialis, karena pemikirannya yang lebih bersifat utopis (dalam angan-angan)
walau ada beberapa tokoh aliran ini yang berusaha untuk mewujudkannya menjadi
sebuah kenyataan.
2.
SOSIALIS SEBELUM MARX
a. Sosialis
Utopis
Pemikiran
sosialis diinspirasi dari ajaran teori klasik, terutama oleh ajaran nilai kerja
dari David Richardo. Marx mencoba menyempurnakan ajaran nilai kerja David
Ricardo dengan menggunakan pengertian kerja kemasyarakatan / perusahaan tingkat
menengah yang perlu (“gemiddeld maatschappelijk nood-zakelijke arbeid“)
di mana dikatakan bahwa nilai barang-barang dibayar dari kerja buruh yang
mempunyai tenaga kerja dan semangat kerja menengah dengan menggunakan alat
produksi yang diperlukan dalam zaman dia hidup. Dengan membuat berlaku ajaran
nilai ini bagi faktor produksi tenaga kerja sampailah Marx pada “ajaran nilai
lebih”, suatu ajaran yang sangat banyak mempunyai arti psikologis bagi
perjuangan kaum sosialis. Selanjutnya Marx membuat ramalan bahwa kapitalis akan
runtuh dengan sendirinya, meskipun demikian Marx menganjurkan untuk mendirikan
organisasi politik untuk mempercepat kedatangan Chiliasme.
Di
lain pihak John Stuart Mill dalam bukunya “Principles
of Political Economy” mengatakan keuntungan disebabkan karena buruh
memproduksi lebih dari yang dibutuhkan untuk mendukungnya. Alasan kenapa modal
menghasilkan keuntungan adalah karena makanan, pakian, material dan alat dapat
lebih awet dari waktu yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Sehingga keuntungan
muncul bukan dari pertukaran, akan tetapi dari kekuatan produktif buruh, bila
buruh pada sebuah negara secara kolektif memproduksi 20 persen lebih dari
upahnya, maka keuntungan akan menjadi 20 persen. Kaum klasik mempercayai bahwa
keuntungan diperoleh bukan dari pemerasan kaum buruh tetapi dari peran
pengetahuan, kerja kapitalis dan entrepreneuryang menyediakan hal
teknik, pengambilan resiko, kapital yang dibutuhkan serta keahlian
manajemen yang diperlukan untuk mengoperasikan usaha yang menguntungkan.
Perbedaan
pemikiran antara kedua kubu ini sangat mempengaruhi sistem perekonomian di dunia.
Sampai dengan resesi besar pada awal pada tahun 1930-an, teori klasik masih
diunggulkan oleh sebagian besar ilmuwan ekonomi. Semenjak terjadinya resesi
besar, ternyata mekanisme pasar tidak dapat mengangkat perekonomian dari krisis
ekonomi. Selanjutnya muncul aliran pemikiran baru yang dipelopori oleh
JohnMaynard Keynes, yang mencoba memperbaiki pemikiran ekonomi dengan
mengambil ide dari pemikiran kaum klasik dan pemikiran kaum sosialis. Sampai di
sini pemikiran ekonomi terbagi menjadi tiga aliran besar, yaitu aliran klasik
dengan pemikiran kebebasan pasar, aliran sosialis yang meyakini bahwa mekanisme
pasar adalah suatu kejahatan kaum kapitalis, dan aliran keynes yang
menggabungkan kedua pemikiran kaum klasik dan sosialis.
Pergelutan
pemikiran ekonomi masih belum selesai sampai pada saat ini. Sebelum sampai pada
pembahasan mengenai pemikiran Keynes, dalam makalah ini hanya akan dibahas
mengenai perbedaan pemikiran antara kaum klasik dan kaum sosialis.
Sosialisme
terbagi menjadi 2 aliran yaitu aliran Sosialis Utopis dan aliran “Scientific Socialism.”
Engels menjelaskan bahwa kaum Sosialis Utopis menentang organisasi masyarakat
yang sudah ada, tetapi tidak dapat menerangkannya, kaum Sosialis Utopis hanya
dapat menolaknya sebagai sesuatu yang immoral. Sedangkan Sosialisme yang
dikembangkan oleh Marx dan Engels dikenal sebagai “Scientific Socialism.”
Kaum
Utopis menggambarkan masyarakat yang diidam-idamkan atau dengan menciptakan
suatu masyarakat percontohan dengan mendirikan perkampungan. Kaum Utopis percaya
bahwa keadaan masyarakat pada umumnya dapat diperbaiki.
Nama
Utopis diambil dari buku Thomas More, Kanselir Inggris di masa
pemerintahan Raja Henry VIII yang diterbitkan pada tahun 1816 yang
berjudul tentang keadaan negara yang terbaik dan tentang pulau yang baru
Utopia. Di pulai Utopia tidak akan ada lagi milik perorangan, hari kerja
ditetapkan sampai jam 6 dan baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan bekerja.
Kewajiban belajar yang umum bagi anak laki-laki maupun perempuan serta
kebebasan agama yang mutlak.
Francis
Bacon menulis buku Nova Atlantis (1623). Francis
Bacon berpendapat bahwa masyarakat yang diidam-idamkan adalah saat
orang-orannya memiliki keinsyafan yang sempurna dalam hukum-hukum alam, segala
kebodohan, kejahilan dan prasangka sudah ditaklukan.
Thomas
Carpanella dalam bukunya berjudul negara Surya (Civitas Solis)
mengetengahkan persoalan sosial. Seperti tulisan More yang menganjurkan
pendidikan yang sama antara anak laki-laki dan perempuan sebagai salah satu
syarat untuk mendirikan masyarakat yang lebih baik, akan tetapi menurut
Carpanella, keluarga tidak menjadikan dasar pendidikan yang baik bagi
masyarakat, oleh karena itu di dalam negara Surya, setelah anak berumur 3 tahun
harus diserahkan kepada negara. Jika segalanya menjadi milik bersama, maka
dalam 1 hari sudah cukup bekerja selama 4 jam saja setiap orang dan tidak perlu
ada lagi budak belian.
James
Harrington pada sekitar abad ke-17 menerbitkan buku “Oceana“.
Harrington dianggap sebagai perintis materialisme historis, karena hendak
menerangkan organisasi negara dari fakta-fakta materi (zat), yakni dari cara
pembagian tanah. Jika tanah menjadi milik satu orang maka disebut monarchi,
bila tanah terbagi di antara beberapa orang disebut aristokrasi (pemerintahan
kaum ningrat). Sedangkan dalam demokrasi setiap orang mempunyai sebidang tanah.
Vairasse d’Allais menggambarkan dalam Historie des Sevarambes (1680)
suatu negara sebagai negara cita-cita yang semua tanah dan juga semua hak milik
menjadi kepunyaan negara. Abbe Morelly memandang dalam bukunya Code de
la Nature (1755) milik perseorangan itu sebagai sumber segala ketidak
adilan kemasyarakatan.
Selama
revolusi Perancis, Gracchus Babeuf dalam surat kabar Tribune du Peuple membela
paham seperti dikemukakan Morelly. Dalam pendapatnya direncanakan penghapusan
hak milik perseorangan. Dalam hal ini juga dihapuskan warisan dan selanjutnya
orang-orang secara sukarela boleh menyerahkan milik mereka kepada negara.
Pembagian yang tepat daripada kemakmuran atas semua golongan penduduk, akan mengakibatkan
bahwa setiap orang hanya beberapa jam saja bekerja sehari.
Pieter
Corneliszoon Plockhoy pada tahun 1659 mengeluarkan rencana pembaharuan sosial
di Inggris. Dalam pokok pikirannya, Plockhoy menganjurkan mendirikan suatu
masyarakat yang lebih baik di Amerika Utara. Pendapat Plochoy yang
disambut oleh Marx adalah rencana mendirikan koloni-koloni yang di dalamnya
orang bekerja sama untuk tujuan bersama dan hasilnya dibagi-bagi di antara
penduduk koloni tersebut. Dalam hal ini, modal merupakan milik bersama.
R. Owen termasyur
karena propagandanya untuk mendirikan koperasi konsumsi. Salah satu hasil nyata
Owen adalah “Rochdale Society of Equitable Pioneers” pada
tahun 1844. Koperasi ini didirikan oleh sekitar 40 orang buruh pabrik tenun.
Mereka mengumpulkan modal sebesari £ 28, dan setiap minggu menyetor uang
sebesar 2 pence. Koperasi konsumsi yang pertama berkembang menjadi badan usaha
yang besar dan kuat dan memperoleh pengikut tidak hanya di Inggris tetapi juga
di negara lain.
Usaha
Owen untuk mempraktikkan ajaran nilai dengan mendirikan sebuah “National
Equitable LabourExchange” suatu gudang, di mana tiap orang boleh
membawa hasil-hasil yang dibuatnya dan kemudian dipertukarkan atas dasar jumlah
kerja yang dipergunakan masing-masing. Usaha ini gagal karena kecurangan dalam
menaksir nilai barang. Koloni yang didirikan di Amerika yang disebut “New
Harmony” kandas karena perselisihan penduduk di koloni yang bersangkutan.
Selama Owen yang memimpin sendiri pabriknya, semua berjalan baik, tetapi
setelah hendak melaksanakan cita-citanya dalam masyarakat timbul
kesulitan-kesulitan.
Di
Israel berkembang Zionisme yang diambil dari Chiliasme dan berkembang di negara
tersebut. Mereka mendirikan koloni yang berhasil baik dan mendasarkan atas
koperasi yang sosialistik (Kibbutz).
Golongan
Utopis sendiri digolongkan menjadi tiga kelompok:
1. Para
penulis roman yang menggambarkan cita-cita dunia baru.
2. Para
pendiri koloni yang ingin mempraktekkan masyarakat sosialis.
3. Para
ahli ekonomi yang melalui analisis ekonominya mengusulkan perubahan radikan di dalam masyarakat. Tokohnya adalah Henri de Saint Simon, Charles Fourier, Louis
Blanc, Piere Joseph Proudhon dan Edward Bellamy.
Saint
Simon membela dalil, bahwa semua anggota masyarakat harus bekerja untuk
perbaikan hidup kesusilaan dan jasmani orang miskin dan bahwa masyarakat harus
menyusun diri untuk dapat mencapai maksud ini (Nouveau Christianisme,
1852). Menurut Saint Simon, mengupah buruh menurut kesanggupannya bukan menurut
kebutuhannya.
Charles
Fourier mengemukakan rencana agar orang dikumpulkan dalam rombongan yang
ditempatkan dalam sebuah rumah perkumpulan dari kurang lebih 1500 orang yang
disebut FALANX (Nouveau Monde Industriel et Socetaire,
1829). Mereka akan berdiam bersama dalam “Phalansteres” di mana mereka akan
berproduksi dan berkonsumsi atas dasar koperasi. Dalam hal ini Fourier menilai
bahwa masing-masing warga masyarakat mempunyai hak bekerja dan mereka harus
dihindarkan dari kebosanannya (monotonie). Oleh karena itu di dalam Phalansteres pekerjaan
sifatnya berubah-ubah. Dalam Phlansteres tiap orang akan
mendapat sebagian, yang memungkinkan dia memenuhi kebutuhan hidupnya, yang
lainnya akan dibagikan antara kerja, modal, dan keahlian (kecakapan) dengan
cara berturut-turut 5/12, 4/12, 3/12.
Di
Perancis didirikan Phalansteres tapi gagal karena kekurangan
modal. Di Amerika Serikat antara tahun 1840-1850 tidak kurang 40 Phalansteres didirikan
melalui propaganda Albert Brisbane, antara lain Brook Farm di
Massachusetts. Tetapi percobaan ini gagal.
Louis
Blanc dalam bukunya Organisation du Travail (1839) membela hak atas kerja.
Louis Blanc mengusulkan mendirikan “Ateliers Socaiaux” yaitu
pabrik-pabrik yang dipimpin oleh negara, para pekerja mendapat upah yang pantas
dan bagian dalam keuntungan. Oleh karena produktifitas pekerja karena
mendapatkan bagian keuntungan diharapkan Alterliers Sociaux ini
menang dalam persaingan. Sehingga lambat laun perusahaan swasta akan sukarela
minta diubah menjadi ateliers sociaux. Sewaktu Louis Blanc duduk
dalam pemerintahan revolusioner Perancis pada tahun 1848, didirikanlah ateliers
nationaux. Tetapi kegiatan ini gagal karena sabotase, para buruh disuruh
mengerjakan pekerjaan yang tidak produktif.
Pendapat
Piere Joseph Proudhon agak berbeda dengan tokoh sosialis lainnya, Piere Joseph
Proudhon tidak berpendapat bahwa milik perseorangan adalah sumber segala
kejahatan. Pemerasan dapat dihindarkan jikalau ada sebuah bank sirkulasi yang
memberi kredit dengan cuma-cuma ini akan melenyapkan segala pembedaan
pertetangan kelas dan membuat adanya negara tidak perlu. Proudhon ingin
membentuk masyarakat kolektif yang bebas atas dasar pembagian kerja. Proudhon
melahirkan salah satu paradox yakni “Anarchi“, tujuan kemajuan
masyarakan bebas ialah membuat negara tidak perlu. Bentuk tertinggi daripada
pemerintahan ialah “Harmoni Anarchi” dan ketertiban. Proudhon adalah
yang pertama, yang menuju anarchi tidak sebagai tindakan revolusioner, tetapi
sebagai bentuk tertinggi daripada organisasi sosial.
Edward
Bellamy, seorang ahli ekonomi utopis, menulis buku Looking
Backward pada tahun 1887, dalam negara cita-citanya terdapat kewajiban
bekerja dari 21 sampai 45 tahun. Pekerjaan-pekerjaan yang kurang enak dilakukan
dalam waktu pendek dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menyenangkan.
Dari hasil yang dibuat setiap orang akan dibagi sama rata. Sedangkan upah tidak
tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan, tetapi semata-mata ditetapkan
oleh tenaga-tenaga yang dipergunakan di mana untuk tenaga yang sama diberi upah
yang sama. Setiap penduduk pada permulaan tahun dikreditkan dalam buku besar
nasional untuk bagiannya dalam pendapatan masyarakat. Pada akhir tahun
dikurangkanlah dari sini apa yang diterimanya dari persediaan negara untuk
memenuhi kebutuhannya.
Penyempurnaan
ajaran nilai kerja oleh Richardo membuahkan ajaran nilai lebih oleh Marx.
Menurut teori ini para kapitalis melakukan pencurian terhadap kaum buruh.
Marx
menjelaskan bahwa para kapitalis ingin memperlihatkan kepada para buruh yang
tidak memiliki apa-apa selain dari tenaga kerjanya seakan-akan dibayar penuh
sebanding dengan nilai tukarnya, sedangkan para kapitalis memegang nilai pakai.
Sebagai ganti rugi atas penggunaan tenaga kerjanya, buruh memperoleh upah untuk
memelihara kehidupan dan keluarganya. Tetapi dikarenakan kekuasaan hukum harga,
para buruh tidak mungkin memperoleh ganti rugi penggunaan tenaga kerjanya
secara penuh. Sehingga nilai pakai semakin naik daripada nilai tukar. Pendapat
ini bertentangan dengan pendapat Mill.
b. Sosialis
Komunitas
Beberapa penggagas koperasi adalah
kaum sosialis utopia seperti Robert Owen, Saint Simon, Charles
Fourier, dan anarkhis Perancis Pierre Joseph Proudhon. Ide gerakan koperasi
dibawa dari Inggris ke berbagai wilayah lain selama abad ke-19 sebagai
konsekuensi dari Industrial Revolution yang merombak tatanan
sosial-ekonomi-politik. Selama pertengahan hingga akhir 1800-an, bisnis
koperasi dikembangkan berdasarkan Rochdale Principles (1844).2) Kaum sosialis
utopia inilah yang memandang perubahan ke masyarakat sosialis dapat dilakukan
dengan diam-diam melalui reformasi di dalam masyarakat kapitalis itu sendiri.
Karl
Marx meringkas pemikiran kaum sosialis utopia ini melalui kritiknya
terhadap Proudhon, penulis What is Property?, yaitu: “…Proudhon, on
the one hand, criticizes society from the standpoint and with the eyes of
a French small-holding peasant (later petty bourgeois) and, on the other,
applies the measuring rod he had inherited from the Socialists.”3)
Lebih
lanjut, menurut Marx: “from the Socialist he borrows the illusion that in
poverty there is nothing to be seen but poverty (instead of seeing in it the
revolutionary, subversive aspect which will overthrow the old
society).”4)
Pada
awalnya mereka membangun lembaga-lembaga sosial khususnya untuk menolong orang
sakit, para alkoholis dsb. Bermunculan lah koperasi. Secara prinsip, kolektif
dibangun untuk saling berbagi dan meratakan kesejahteraan di antara sesama
anggota. Motto mereka adalah ‘keeping our money working in our
community.’ Ide ini untuk membangun komunitas yang memungkinkan adanya hak-hak
yang sama (equal rights) sebagai produsen, sekaligus konsumen demi kemajuan
komunitas mereka.
Meskipun berawal dari Inggris, mungkin negeri yang saat ini cukup berhasil
mengembangkan aktivitas koperasinya adalah Kanada (di samping Spanyol dengan
Mondragon-nya yang legendaris).
Di
Kanada terdapat 489 grup koperasi–jumlah terbesar terletak di Propinsi Quebec,
meliputi 380 grup.
Sejarah koperasi di Kanada dimulai sekitar 1900 ketika pertama kali
dibangun credit union. Kemudian pada 1909, beberapa koperasi di Ontario
dan Nova Scotia bergabung membentuk Cooperative Union of Canada guna membantu
pengembangan koperasi. Setelah Perang Dunia I, para imigran Eropa yang telah
memiliki pengalaman panjang berkoperasi mengembangkannya di Kanada; imigran Eropa
Timur di New York; imigran Finlandia ke Upper Midwest dan New England; dan para
Bohemian di Ohio dan Pennsylvania memulai langkah-langkahnya dengan
koperasi-koperasi grosir supermarket (wholesale) dan pengembangan kompleks
perumahan; pada saat yang sama bertumbuhan pula koperasi-koperasi pertanian
(farmers’ cooperatives) dari Nova Scotia hingga British Columbia, dan dari New
England hingga California.
The Cooperative League of the USA (sekarang disebut National
Cooperative Business Association) diorganisir dalam tahun 1916 oleh
sekelompok aktivis koperasi konsumen New York. Di tahun 1940an lembaga ini
telah menjadi organisasi payung dari seluruh negara bagian, memberikan saran
dan mempromosikan usaha-usaha koperasi. Kelompok-kelompok pendukung lainnya termasuk
American Institute of Cooperation dan The Cooperative Housing Foundation of
Canada, berperan sebagai penghubung antara koperasi-koperasi lokal dengan
pemerintah pusat. Di tahun 1920-an bisnis koperasi meluas ke banyak sektor
ekonomi khususnya jasa keuangan. Antara 1920 dan 1925, misalnya, jumlah
credit union di AS meningkat duakali; antara 1925 dan 1930 meningkat
tigakali.
Pembangunan koperasi berlanjut selama 1930an dan 1940an khususnya tantangan
yang muncul dari resesi dunia 1930 dan ambruknya ekonomi sehabis perang.
Agen-agen pemerintah mendukung melalui kebijakan yang menguntungkan dan
membiayai program-program koperasi. Koperasi-koperasi pertanian membantu
para petani bertahan dari depresi, dan koperasi penyediaan listrik desa
membelanjakan listrik untuk hampir setengah juta keluarga-keluarga AS di 42
negara bagian. Di kota-kota, koperasi membantu mewujudkan perumahan untuk
rakyat selama waktu setelah perang.
Konsentrasi dalam pembangunan koperasi sebagai salah satu tulang punggung
ekonomi rakyat ini dilakukan sebagai langkah yang harus diambil mengingat di
saat yang sama negeri-negeri baru sosialis bermunculan di Eropa. Pemerintah AS
sangat membantu pemulihan kembali perekonomian Eropa seusai perang
melalui Marshall Plan-nya (1948) sebagai cara menyetop derasnya
pertumbuhan negeri-negeri sosialisme di Eropa Timur ciptaan Joseph
Stalin.
Demikian, koperasi ikut berperan dalam meluaskan sektor-sektor ekonomi AS dan
Kanada. Sekitar 90 juta dari 235 juta warga AS dan 10 dari 25 juta warga Kanada
menjadi anggota koperasi. Koperasi Kanada mempekerjakan lebih dari 70.000 orang
dan memiliki kekayaan lebih dari 45 milyar dollar. Sedang di AS, koperasi
memiliki kekayaan lebih dari 73 milyar dollar AS.
Aliansi Koperasi Internasional (The International Co-operative Alliance),
berpusat di Genewa, Swiss, beranggotakan organisasi-organisasi dan afiliasi di
66 negeri di Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika, India, Asia dan
Australia. Koperasi-koperasi ini banyak yang bekerja dalam perdagangan dan pembangunan
internasional.
Beragam
kolektif bisnis seperti pertanian, pengolahan kayu dan hutan, distribusi
pangan, pembangunan perumahan, manufaktur, per-bank-an, per-kredit-an, pabrik
roti, percetakan, toko buku, jasa periklanan, kerajinan tangan, biro perjalanan,
turisme, green house (rumah akrab lingkungan), penitipan anak, pabrik
garrmen, jasa taksi, penggilingan, restoran, konstruksi, siaran radio, dan
sebagainya cukup eksis dan dapat diandalkan sebagai lembaga ekonomi di
masyarakat. Mereka pun mempunyai pusat-pusat studi dan pengembangan, di
beberapa universitas terdapat jurusan yang khusus disiapkan untuk memikirkan
masa depan koperasi.
Sebagai
sebuah bisnis tentu saja koperasi berorientasi mencari laba. Sebagai suatu
bisnis, di dalam masyarakat kapitalis mereka harus siap bersaing untuk
mendapatkan pembeli. Ini tidak mudah. Untuk itu, sebagai misal, beberapa
koperasi pertanian dan manufaktur di India, Meksiko (khususnya di Mondragon),
dan partner koperasi distribusi mereka di Eropa, Amerika dan Kanada
memperkenalkan kembali barang-barang yang diproduksi dan dimanufaktur tanpa
diuji-cobakan terhadap hewan, atau tidak mengandung zat kimia, dan untuk
produk-produk pertanian mereka mempromosikan produk-produk organik (sayur,
buah, beras, dsb.), yang tidak menggunakan pupuk kimia produk pabrik. Ini
menjadi strategi dalam menarik pembeli, mengingat isu lingkungan menjadi cukup
penting dalam dasawarsa-dasawarsa belakangan ini. Dengan cara ini, koperasi
produksi barang-barang organik dapat menguak pangsa pasarnya sendiri yang
sebelumnya telah dikuasai big business (monopoli) swasta.
Memungkinkan mereka dapat bersaing dengan produksi non-koperasi, meskipun
kadangkala harga jual produk-produk koperasi sedikit lebih mahal dari
non-koperasi. Masyarakat umum percaya bahwa koperasi menawarkan hidup lebih
sehat.
3 : Perkembangan Sosialisme Dari
Utopi Menjadi Ilmu
Sosialisme
modern pada hakekatnya adalah, di satu pihak, produk langsung dari pengakuan
atas antagonisme-antagonisme kelas yang ada di dalam masyarakat sekarang antara kaum pemilik
dengan kaum bukan-pemilik, antara kaum kapitalis dengan kaum buruh-upahan; di
lain pihak, dari pengakuan atas anarki yang ada di dalam produksi. Tetapi,
dalam bentuk teorinya, Sosialisme modern semula nampaknya seolah-olah sebagai
perluasan yang lebih logis dari prinsip-prinsip yang diletakkan oleh ahli-ahli
filsafat besar Perancis abad ke-18. Seperti setiap teori yang baru,
Sosialisme modern juga mula-mula harus menghubungkan diri dengan
persediaan-barang intelek yang telah tersedia, betapapun juga dalamnya
akar-akarnya itu terletak di dalam fakta-fakta ekonomi materiil.
a. Perkembangan
awal
Orang-orang
besar, yang di Perancis mempersiapkan pikiran orang-orang untuk revolusi yang
mendatang, itu sendiri adalah kaum revolusionis yang ekstrim. Mereka tidak
mengakui otoritet luar macam apapun juga. Agama, ilmu alam,
masyarakat, lembaga-lembaga politik — segala-galanya kena kritik yang paling
tidak kenal belas kasihan: semuanya harus membuktikan hak hidupnya di muka
pengadilan akal atau melepaskannya. Akal menjadi satu-satunya ukuran bagi
segala-galanya. Ini adalah masa ketika, seperti kata Hegel, dunia berdiri di
atas kepalanya; pertama dalam arti bahwa kepala
manusia, dan prinsip-prinsip yang dicapai oleh pikirannya, dikatakan sebagai
dasar dari segala tindakan dan pergaulan manusia; tetapi kemudian, juga dalam
arti yang lebih luas bahwa realitet yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ini,
sebenarnya, harus dijungkirbalikkan.
Setiap
bentuk masyarakat dan pemerintah yang ada pada waktu itu, setiap
gagasan lama yang tradisionil dibuang ke dalam gudang barang
rombengan sebagai tidak rasionil; dunia hingga kini telah membiarkan dituntun semata-mata
oleh prasangka-prasangka; segala sesuatu di masa lampau hanya patut dikasihani
dan dicemoohkan. Kini, untuk pertama kalinya, menyingsing fajar, kerajaan akal;
mulai sekarang takhayul, ketidakadilan, hak istimewa, penindasan, harus diganti
dengan kebenaran abadi, keadilan abadi, persamaan berdasarkan Alam serta
hak-hak manusia yang tak dapat diganggu-gugat.
Kita
sekarang tahu bahwa kerajaan akal ini tidak lebih daripada kerajaan borjuasi
yang diidealisasi; bahwa Keadilan abadi ini menemukan realisasinya dalam
peradilan borjuis; bahwa persamaan ini telah memerosotkan diri pada persamaan
borjuis di muka undang-undang; bahwa hak milik borjuis telah diproklamasikan
sebagai salah satu hak hakiki manusia; dan bahwa pemerintahan akal,
Kontrak Sosial Rousseau, telah dan hanya bisa lahir sebagai suatu
republik borjuis demokratis. Ahli pikir-ahli pikir besar abad ke-18, seperti
juga pendahulu-pendahulu mereka, tidak dapat melampaui batas-batas yang
diletakkan pada mereka oleh zaman mereka.
Tetapi,
berdampingan dengan antagonisme di antara kaum ningrat feodal dengan kaum
wargakota, yang menyatakan mewakili seluruh masyarakat yang selebihnya,
terdapat antagonisme umum antara kaum penghisap dengan kaum terhisap, antara
orang-orang kaya yang tak bekerja dengan kaum buruh yang miskin.
Justru keadaan inilah yang memungkinkan wakil-wakil borjuasi mengajukan diri
sebagai mewakili bukan satu kelas khusus, melainkan seluruh umat manusia yang
menderita. Lebih lanjut lagi. Dari sejak lahirnya borjuasi dibebani oleh antitesanya:
kaum kapitalis tidak bisa ada tanpa kaum buruh-upahan dan, dengan makin
berkembangnya wargakota-gilda zaman pertengahan menjadi borjuis modern, maka
tukang-pembantu gilda dan buruh-harian di luar gilda-gilda berkembang menjadi
proletar. Dan meskipun, pada umumnya, dalam perjuangan mereka melawan kaum
ningrat borjuasi dapat menyatakan mewakili dalam pada itu juga
kepentingan-kepentingan berbagai kelas buruh pada periode itu, namun di dalam
setiap gerakan borjuis yang besar terdapat letusan-letusan bebas dari kelas itu
yang merupakan pelopor, yang sedikit atau banyak maju, dari proletariat modern.
Misalnya, kaum Anabaptis danThomas Münzer pada
masa Reformasi Jerman dan Perang Tani; kaum Leveller dalam Revolusi besar
Inggris; Babeuf, dalam Revolusi besar Perancis.
Ada
pernyataan-pernyataan teori yang sesuai dengan pemberontakan-pemberontakan
revolusioner ini dari suatu kelas yang belum berkembang; dalam abad-abad ke-16
dan ke-17, gambaran-gambaran utopis tentang keadaan-keadaan sosial yang
dicita-citaka; dalam abad ke-18, teori-teori
Komunis yang betul-betul (Morely dan Mably). Tuntutan akan persamaan tidak lagi
terbatas pada hak-hak politik; ia diperluas juga sampai pada syarat-syarat
sosial individu-individu. Bukan hanya hak-hak istimewa kelas saja yang harus
dihapuskan, tetapi juga perbedaan-perbedaan kelas itu sendiri. Suatu Komunisme,
yang bersifat ketapaan, yang menolak semua kesenangan hidup, yang
bersifat Spartan, adalah bentuk pertama dari ajaran baru itu. Kemudian
muncul tiga orang Utopis besar: Saint-Simon, yang baginya gerakan kelas-tengah,
berdampingan dengan gerakan proletar, masih mempunyai arti
tertentu; Fourier; dan Owen, yang di negeri di mana produksi
kapitalis sangat maju, dan di bawah pengaruh antagonisme-antagonisme yang
dilahirkannya, mengembangkan usul-usulnya untuk menghilangkan perbedaan kelas
secara sistematis dan dalam hubungan langsung dengan materialisme Perancis.
Satu
hal adalah sama bagi semua ketiga-tiganya. Tidak satupun dari mereka itu tampil
sebagai wakil kepentingan-kepentingan proletariat yang sementara itu telah
dihasilkan oleh perkembangan sejarah. Seperti ahli-ahli filsafat Perancis,
mereka tidak menyatakan akan membebaskan suatu kelas tertentu mula-mula, tetapi
seluruh umat manusia sekaligus. Seperti mereka, ketiga tokoh itu juga ingin
mendatangkan kerajaan akal dan keadilan abadi, tetapi kerajaan ini, menurut
hemat mereka, adalah jauh dari kerajaan ahli-ahli filsafat Perancis, sama
jauhnya seperti dari bumi ke langit.
Karena,
bagi ketiga pembaru sosial kita itu, dunia borjuis, yang berdasarkan
prinsip-prinsip para ahli filsafat ini, adalah sangat tidak rasionil dan tidak
adil dan, oleh karenanya, menemukan jalannya ke lubang sampah sama sangat
gampangnya seperti feodalisme dan semua tingkat masyarakat yang terdahulu. Jika
akal murni serta keadilan sampai sekarang belum memerintah dunia, hal ini hanya
karena manusia belum memahaminya secara benar. Apa yang dibutuhkan ialah
seorang zeni yang kini telah muncul dan yang memahami kebenaran. Bahwa ia kini
telah muncul, bahwa kebenaran kini telah dimengerti dengan jelas, bukanlah
suatu kejadian yang tak dapat dielakkan, yang menurut keharusan di dalam
rangkaian perkembangan sejarah, melainkan hanyalah suatu kejadian secara kebetulan
yang menggembirakan. Ia bisa juga dilahirkan 500 tahun lebih cepat dan dengan
demikian telah dapat menyelamatkan umat manusia 500 tahun lamanya dari
kesalahan, perjuangan dan penderitaan.
Kita
telah melihat bagaimana ahli-ahli filsafat Perancis dari abad ke-18,
pelopor-pelopor Revolusi, menarik perhatian orang kepada akal sebagai
satu-satunya hakim dari semua yang ada. Suatu pemerintah yang rasionil,
masyarakat yang rasionil, harus didirikan; segala sesuatu yang berlawanan
dengan akal yang abadi harus ditiadakan dengan tak kenal belas kasihan. Kita
melihat pula bahwa akal yang abadi ini pada hakekatnya tidaklah lain daripada
pengertian yang diidealisasi dari wargakota abad ke-18, yang ketika itu sedang
berkembang menjadi borjuis. Revolusi Perancis telah melaksanakan masyarakat dan
pemerintah yang rasionil ini.
Tetapi
keadaan yang baru itu, yang cukup rasionil jika dibanding dengan
keadaan-keadaan yang terdahulu, ternyata sekali-kali tidak rasionil secara
absolut. Negara yang berdasarkan akal itu sama sekali ambruk. Kontrak Sosial
Rousseau telah menemukan pelaksanaannya dalam Pemerintahan Terror, dari mana
borjuasi, yang telah kehilangan kepercayaan kepada kesanggupan politik mereka
sendiri, telah mencari tempat berlindung mula-mula pada pengkorupsian Direktorat
dan, akhirnya, di bawah sayap despotisme Napoleontis. Perdamaian abadi yang
dijanjikan berubah menjadi perang penaklukkan yang tiada akhirnya. Masyarakat
yang berdasarkan akal ternyata tidak lebih baik. Antagonisme antara kaya dan
miskin, bukannya lebur menjadi kemakmuran yang umum, malahan telah menjadi
diperhebat dengan dihapuskannya hak-hak istimewa gilda dan hak-hak istimewa
lainnya, yang hingga batas-batas tertentu telah menjembataninya, dan dengan
ditiadakannya lembaga-lembaga amal dari Gereja, “Kemerdekaan milik” dari
belenggu-belenggu feodal, yang kini sungguh-sungguh telah tercapai, ternyata
bagi kaum kapitalis kecil dan kaum pemilik kecil merupakan kemerdekaan untuk
menjual milik mereka yang kecil, yang tergilas di bawah persaingan yang menguasai
dari kapitalis-kapitalis besar dan tuan-tuan tanah biasa, kepada tuan-tuan
besar ini dan, dengan begitu, bagi kapitalis-kapitalis kecil dan
pemilik-pemilik tani kecil, menjadi “kemerdekaan dari milik”.
Perkembangan industri atas dasar kapitalis membuat
kemiskinan dan kesengsaraan massa pekerja menjadi syarat-syarat bagi hidupnya
masyarakat. Pembayaran tunai, menurut kata-kata Carlyle, kian lama kian menjadi
satu-satunya pertalian antara manusia dengan manusia. Jumlah kejahatan
meningkat dari tahun ke tahun. Dulu, kejahatan-kejahatan feodal secara
terang-terangan berjalan dengan gagahnya di siang hari cerah; sekarang meskipun
tidak dibasmi, setidak-tidaknya kejahatan-kejahatan itu telah didesak ke
belakang. Sebagai gantinya, kejahatan-kejahatan borjuis yang selama ini
dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, mulai berkembang mekar dengan semakin subur
lagi.
Perdagangan
kian lama kian menjadi bersifat penipuan. “Persaudaraan” dari semboyan
revolusioner dilaksanakan dalam penipuan dan kongkruensi dari pergulatan
persaingan. Penindasan dengan kekerasan telah diganti dengan penyuapan; pedang,
sebagai pengungkit kemasyarakatan yang pertama, diganti dengan emas. Hak malam
pertama telah diserahkan dari tuan-tuan feodal kepada tuan-tuan pabrik borjuis.
Pelacuran meningkat hingga batas yang belum pernah terdengar sebelumnya.
Perkawinan itu sendiri, seperti dulu, tetapi merupakan bentuk pelacuran yang
diakui menurut undang-undang, jubah resmi pelacuran, dan lagipula, ditambah
dengan panen perzinahan yang tumpah-ruah.
Pendek kata,
dibanding dengan janji-janji yang bagus-bagus dari para ahli filsafat,
lembaga-lembaga sosial dan politik yang lahir dari “kemenangan akal” itu
merupakan karikatur-karikatur yang pahit mengecewakan. Yang kurang ialah
orang-orang yang untuk merumuskan kekecewaan ini, dan mereka muncul pada
pergantian abad. Dalam tahun 1802 surat-surat Jenewa dari Saint-Simon terbit;
dalam tahun 1808 keluarlah karya pertama Fourier; meskipun dasar teorinya mulai
sejak dari tahun 1799; pada 1 Januari 1800, Robert Owen mengambil pimpinan New
Lanark.
Akan tetapi, pada
waktu itu cara produksi kapitalis, dan bersama dengannya antagonisme antara
borjuasi dengan proletariat, masih berkembang dengan sangat tidak sempurnanya.
Industri Modern, yang baru saja timbul di Inggris, masih belum dikenal di
Perancis. Tetapi Industri Modern, di satu pihak, mengembangkan
bentrokan-bentrokan yang membikin suatu revolusi di dalam cara produksi menjadi
mutlak perlu, serta peniadaan wataknya yang kapitalis — bentrokan-bentrokan
tidak hanya di antara kelas-kelas yang dilahirkan olehnya, tetapi juga antara
tenaga-tenaga produktif dengan bentuk-bentuk pertukaran itu sendiri yang
diciptakannya. Dan, di pihak lain, ia mengembangkan di dalam tenaga-tenaga
produktif yang raksasa itu sendiri alat-alat untuk mengakhiri
bentrokan-bentrokan ini.
Karena itu jika
pada sekitar tahun 1800 konflik-konflik yang timbul dari susunan kemasyarakatan
yang baru itu baru saja mulai mengambil bentuk, maka hal ini berlaku lebih
sepenuhnya lagi bagi alat-alat untuk mengakhirinya . Massa “yang tidak
mempunyai apa-apa” di Paris selama Pemerintahan Teror telah mampu untuk
sebentar memegang kekuasaan, dan dengan demikian memimpin revolusi borjuis ke
arah kemenangan bertentangan dengan kehendak borjuasi itu sendiri. Tetapi,
dengan berbuat demikian, mereka hanya membuktikan betapa tidak mungkinnya bagi
kekuasaan mereka untuk bertahan di bawah syarat-syarat yang terdapat ketika
itu. Proletariat, yang pada waktu itu untuk pertama kalinya mengembangkan diri
dari massa “yang tidak mempunyai apa-apa” ini sebagai inti dari suatu kelas
baru, masih sama sekali belum mampu menjalankan aksi politik yang bebas, tampil
sebagai kaum yang tertindas, yang menderita, yang baginya, dalam
ketidaksanggupannya untuk menolong diri sendiri, bantuan bisa didatangkan
paling banter dari luar atau dari atas.
Situasi sejarah
demikian ini juga menguasai pendiri-pendiri Sosialisme. Teori-teori yang belum
matang bersesuaian dengan syarat-syarat produksi kapitalis yang belum matang
dan syarat-syarat kelas yang belum matang. Pemecahan masalah-masalah sosial,
yang masih tersembunyi di dalam syarat-syarat ekonomi yang belum
berkembang, diusahakan oleh kaum utopis untuk mengembangkannya dari otak
manusia. Masyarakat menyajikan tidak lain kecuali ketidakadilan; untuk
menghilangkan ketidakadilan-ketidakadilan ini adalah tugas akal. Maka itu perlu
menemukan suatu sistem susunan kemasyarakatan yang baru dan lebih sempurna
serta mendesakkannya kepada masyarakat dari luar dengan propaganda dan, di mana
mungkin, dengan teladan percobaan-percobaan yang bisa dijadikan model.
Sistem-sistem kemasyarakatan yang baru ini ditakdirkan sebagai utopis; semakin
lengkap sistem-sistem ini dikerjakan secara merinci, semakin tidak mungkin
mereka mengelakkan diri hanyut ke dalam fantasi-fantasi belaka.
Sekali fakta-fakta
ini ditetapkan, kita tidak perlu membicarakan lebih lama lagi segi ini dari
masalah tersebut, yang kini sama sekali sudah termasuk masa lampau. Kita dapat
menyerahkannya kepada orang-orang literer kecil untuk dengan khidmat beradu
lidah mengenai fantasi-fantasi ini, yang kini hanya membuat kita tersenyum, dan
untuk menggembar-gemborkan keunggulan daya-berpikir mereka sendiri yang gundul
jika dibanding dengan “kegilaan” semacam itu. Bagi kita sendiri, kita bergembira
atas pikiran-pikiran dan benih-benih pikiran agung yang sangat mengagumkan yang
di mana-mana meletus dari selubung mereka yang fantastis dan yang terhadap
pikiran-pikiran ini kaum pilistin (orang-orang yang picik pandangannya
— Red. JP) buta.
Saint-Simon adalah
putra Revolusi besar Perancis, yang pada saat meletusnya ia belum lagi berusia
tiga puluh tahun. Revolusi itu adalah kemenangan pangkat ketiga, yaitu, massa
yang luas dari nasion, yang bekerja dalam produksi dan perdagangan,
atas kelas-kelas yang tidak bekerja yang berhak istimewa, kaum
ningrat dan kaum pendeta. Tetapi kemenangan pangkat ketiga itu segera
memperlihatkan diri sebagai semata-mata kemenangan sebagian kecil dari
“pangkat” ini, sebagai perebutan kekuasaan politik oleh bagiannya yang berhak
istimewa di lapangan sosial, yaitu, borjuasi yang bermilik. Dan borjuasi sudah
barang tentu telah berkembang dengan cepat selama Revolusi, sebagian melalui
spekulasi atas tanah-tanah kaum bangsawan dan Gereja yang disita dan kemudian
dijual, dan sebagian karena penipuan-penipuan terhadap nasion melalui
kontrak-kontrak militer. Adalah kekuasaan penipu-penipu ini yang telah membawa
Perancis, di bawah Direktorat, ke tepi jurang keruntuhan dan dengan demikian
memberikan dalih kepada Napoleon untuk melakukan kudeta-nya.
Dari
itu bagi Saint-Simon antagonisme antara pangkat ketiga dengan kelas-kelas yang
berhak istimewa itu mengambil bentuk antagonisme antara “pekerja” dengan
“orang-orang yang tak bekerja”. Orang-orang yang tak bekerja itu tidak hanya
kelas-kelas lama yang berhak istimewa, tetapi juga semua orang yang tanpa
mengambil sesuatu bagian dalam produksi atau distribusi hidup atas
pendapatan-pendapatan mereka. Dan kaum pekerja itu bukan hanya kaum
buruh-upahan, tetapi juga tuan-tuan pabrik, pedagang-pedagang, bankir-bankir.
Bahwasanya
orang-orang yang tidak bekerja itu telah kehilangan kemampuan untuk memegang
pimpinan intelektuil dan kekuasaan politik telah dibuktikan dan akhirnya telah
diputuskan oleh Revolusi. Bahwa kelas-kelas yang tak bermilik itu tidak
mempunyai kemampuan ini agaknya bagi Saint-Simon telah dibuktikan oleh
pengalaman-pengalaman Pemerintahan Teror. Lalu, siapakah yang harus memimpin
dan memerintah? Menurut Saint-Simon ilmu dan industri, yang kedua-duanya
dipersatukan oleh ikatan agama baru, ditakdirkan untuk memulihkan persatuan
ide-ide agama yang telah hilang sejak masa Reformasi — suatu “agama Kristen
baru” yang mesti bersifat mistik dan kaku hierarkinya. Tetapi ilmu, itu adalah
kaum terpelajar; dan industri, itu pertama-tama, adalah borjuis pekerja,
tuan-tuan pabrik, pedagang-pedagang, bankir-bankir. Borjuis ini sudah tentu
dikehendaki oleh Saint-Simon supaya mengubah diri menjadi semacam
pegawai-pegawai umum, semacam wali-wali sosial; tetapi mereka toh harus
memegang kedudukan memerintah dan berhak istimewa dalam
ekonomi terhadap kaum buruh.
Bankir-bankir
terutama harus diminta untuk memimpin seluruh produksi sosial melalui peraturan
kredit. Konsepsi ini tepat sesuai dengan masa di mana Industri Modern di
Perancis dan, bersamanya, jurang antara borjuasi dengan proletariat baru saja
lahir. Tetapi apa yang terutama sekali ditekankan oleh Saint-Simon ialah ini:
yang menarik perhatiannya pertama-tama dan di atas segala sesuatu lainnya,
ialah nasib kelas yang paling banyak jumlahnya dan yang paling miskin (“la
classe la plus nombreuse et la plus pauvre”).
Sudah
dalam surat-surat Jenewanya, Saint-Simon menetapkan dalil bahwa “semua orang
harus bekerja.” Dalam karyanya yang sama itu juga dia mengakui pula bahwa
Pemerintahan Teror adalah pemerintahan massa yang tak bermilik. “Lihatlah”,
katanya kepada mereka, “apa yang terjadi di Perancis pada waktu kawan-kawan
kalian memegang kekuasaan di sana; mereka menimbulkan kelaparan”. Tetapi untuk
mengakui Revolusi Perancis sebagai suatu perang kelas, dan bukan perang kelas
semata-mata antara kaum bangsawan, borjuasi dan kaum tak bermilik, dalam tahun
1802, merupakan suatu penemuan yang sangat besar artinya. Dalam tahun 1816 dia
menyatakan bahwa politik adalah ilmu tentang produksi dan meramalkan diserapnya
sama sekali politik oleh ekonomi.
Pengetahuan
bahwa syarat-syarat ekonomi merupakan dasar dari lembaga-lembaga politik di
sini baru muncul dalam bentuk embrio. Tetapi apa yang di sini sudah sangat
jelas dinyatakan ialah ide tentang perubahan kekuasaan politik atas manusia di
masa depan menjadi administrasi dari barang-barang dan pimpinan atas
proses-proses produksi, artinya “penghapusan negara” yang akhir-akhir ini telah
begitu banyak diributkan orang.
Saint-Simon
memperlihatkan keunggulan yang sama atas rekan-rekannya sezaman, ketika dalam
tahun 1814, segera setelah masuknya sekutu ke Paris, dan sekali lagi dalam
tahun 1815, selama Perang Seratus Hari, dia memproklamasikan persekutuan
Perancis dengan Inggris, dan kemudian persekutuan kedua negeri ini
dengan Jerman, sebagai satu-satunya jaminan bagi perkembangan yang makmur dan
perdamaian di Eropa. Untuk mengkhotbahkan kepada bangsa Perancis dalam tahun
1815 suatu persekutuan dengan pemenang-pemenang Waterloo, diperlukan keberanian
yang sama seperti halnya pandangan ke depan sejarah.
Jika
pada diri Saint-Simon kita menemukan keluasan pandangan yang lapang, yang oleh
karenanya hampir semua ide dari orang-orang Sosialis kemudian yang tidak mutlak
bersifat ekonomi terdapat padanya dalam bentuk embrio, kita dapati pada Fourier
suatu kritik terhadap keadaan-keadaan masyarakat yang ada, kritik yang
sungguh-sungguh bersifat Perancis dan jenaka, tetapi tidak karena itu menjadi
kurang mendalam. Fourier memegang borjuasi, nabi-nabi mereka yang bersemangat
sebelum Revolusi, dan penyanjung-penyanjung mereka yang berkepentingan
sesudahnya, pada kata-kata mereka sendiri. Tanpa belas kasihan dia menelanjangi
kemiskinan materiil dan moril dunia borjuis. Dia mengkonfrontasikannya dengan
janji-janji dulu yang menyilaukan dari ahli-ahli filsafat mengenai masyarakat
di mana akal saja yang akan memerintah, mengenai peradaban di mana kebahagiaan
akan bersifat universal, mengenai kesempurnaan manusia yang tak terbatas, dan
dengan kata-kata indah dari ideologis-ideologis borjuis zamannya.
Ditunjukkannya betapa di mana-mana kenyataan yang sangat menyedihkan sesuai
dengan kata-kata yang sangat muluk-muluk, dan dia mengeroyok kegagalan yang
tiada harapan lagi dari kata-kata ini dengan sarkasmenya yang pedas-tajam.
Fourier
bukan hanya seorang kritikus; sifatnya yang tenang dingin-kepala membuat dia
menjadi seorang satiris, dan pastilah salah seorang satiris yang terbesar dari
segala zaman. Digambarkannya, dengan sama kuat dan menawannya,
spekulasi-spekulasi yang menipu yang bekembang subur di atas keruntuhan
Revolusi, dan semangat tukang warung yang umum dan karakteristik pada
perdagangan Perancis pada waktu itu. Lebih-lebih hebat lagi ialah kritiknya
terhadap bentuk hubungan-hubungan borjuis di antara jenis kelamin, dan
kedudukan wanita dalam masyarakat borjuis. Dialah yang pertama menyatakan bahwa
di dalam sesuatu masyarakat tertentu tingkat emansipasi wanita adalah ukuran
yang wajar dari emansipasi umum.
Tetapi
Fourier berada pada puncaknya dalam konsepsinya tentang sejarah masyarakat. Dia
membagi seluruh jalannya sejarah, hingga kini, menjadi empat tingkatan evolusi
— kebiadaban, barbarisme, patriarkat dan peradaban. Yang terakhir ini adalah
identik dengan apa yang dinamakan masyarakat sipil atau masyarakat borjuis
dewasa ini — yaitu, dengan susunan kemasyarakatan yang datang bersama abad
ke-16. Dia membuktikan bahwa “tingkatan yang beradab mengangkat setiap
kejahatan yang dipraktekkan oleh barbarisme dalam bentuk sederhana menjadi
suatu bentuk eksistensi yang rumit, bermakna-rangkap, menyangsikan, munafik —
bahwa peradaban bergerak dalam “suatu lingkaran tak berujung-pangkal”, dalam
kontradiksi-kontradiksi yang senantiasa direproduksinya tanpa dapat
memecahkannya; sebab itu ia senantiasa sampai justru pada kebalikan dari yang
hendak dicapainya, atau yang pura-pura hendak dicapainya, sehingga, misalnya,
“di bawah peradaban kemiskinan dilahirkan oleh kelimpah-ruahan itu sendiri.”
Fourier,
seperti kita lihat, menggunakan metode dialektik dengan cara yang ulungnya
seperti rekan sezamannya, Hegel. Dengan menggunakan dialektika yang sama ini
dia membantah omongan tentang kesempurnaan manusia yang tak terbatas, bahwa
setiap fase sejarah mempunyai masa menaik dan juga menurunnya dan dia
menerapkan peninjauan ini pada masa depan seluruh umat manusia. Seperti Kant
memasukkan dalam ilmu alam ide tentang kehancuran terakhir bumi, maka Fourier
juga memasukkan ke dalam ilmu sejarah ide tentang kehancuran terakhir umat
manusia (Engels).
Sementara
di Perancis badai Revolusi menyapu negeri, di Inggris berlangsung suatu
revolusi yang lebih tenang, tetapi bukan karena itu lalu menjadi kurang hebat.
Mesin uap dan mesin baru membuat perkakas sedang mengubah manufaktur menjadi
industri modern, dan dengan demikian merevolusikan seluruh dasar masyarakat
borjuis. Kemajuan yang lembam dari perkembangan periode manufaktur berubah
menjadi “Sturm und Drang” (masa perjuangan dan pergolakan) yang
sungguh-sungguh. Dengan kecepatan yang senantiasa bertambah besar perpecahan
masyarakat menjadi kaum kapitalis besar dan kaum proletar yang tak bermilik
berjalan terus. Di antara mereka ini, bukannya kelas-tengah yang stabil dulu,
melainkan suatu massa yang tidak stabil dari tukang-tukang dan pomilik-pemilik
toko kecil, yaitu bagian penduduk yang paling naik-turun, yang kini hidupnya
tak tentu.
Cara
produksi yang baru itu masih baru pada permulaan masa menaiknya; ia masih
merupakan cara produksi yang normal, teratur — satu-satunya yang mungkin di
bawah syarat-syarat yang sedang berlaku. Meskipun demikian, bahkan pada waktu
itupun ia sudah menghasilkan keburukan-keburukan sosial yang menyolok —
pengelompokan penduduk yang tak bertempat tinggal di bagian-bagian yang paling
buruk dari kota-kota besar; pelonggaran semua ikatan moril yang tradisionil,
pembawahan patriarchal, hubungan-hubungan kekeluargaan; bekerja terlalu berat,
terutama wanita-wanita dan kanak-kanak, sampai pada batas yang mengerikan;
demoralisasi sama sekali dari kelas buruh, yang sekonyong-konyong dicampakkan
ke dalam keadaan-keadaan yang sama sekali baru, dilemparkan dari pedesaan ke
kota, dari pertanian ke industri modern, dari syarat-syarat hidup yang stabil
ke syarat-syarat hidup yang tidak stabil yang berubah-ubah dari hari ke hari.
Pada
saat yang genting ini tampil ke depan seorang tuan pabrik berusia 29 tahun sebagai
seorang pembaru seorang yang memiliki
watak kesederhanaan yang hampir luhur, seperti anak-anak, dan bersamaan dengan
itu salah seorang pemimpin manusia yang tidak banyak dilahirkan. Robert Owen
telah mengoper ajaran ahli-ahli filsafat materialis: bahwa watak manusia itu,
di satu pihak, adalah hasil keturun-temurunan; di pihak lain, hasil lingkungan
individu selama hidupnya dan terutama sekali selama masa perkembangannya.
Kebanyakan dari kelasnya melihat pada revolusi industri hanya kekacauan dan kekalutan,
serta kesempatan untuk memancing di air keruh dan mencari keuntungan-keuntungan
besar dengan cepat. Robert Owen melihat pada revolusi industri itu kesempatan
untuk mempraktekkan teori kesayangannya dan dengan demikian kesempatan untuk
mendatangkan ketertiban pada kekacauan.
Dia telah mencobanya dengan sukses, sebagai
pengawas dari lima ratus orang lebih di sebuah pabrik di Manchester. Dari 1800
sampai 1829 dia memimpin pabrik tenun besar di New Lanark, di Skotlandia,
sebagai rekan pengurus, menurut garis-garis yang sama, tetapi dengan kebebasan
bertindak yang lebih besar dan dengan sukses yang memberikan kepadanya nama
baik di Eropa. Suatu penduduk, yang semula terdiri dari elemen-elemen yang
sangat bermacam-ragam dan yang untuk sebagian terbesar sangat menjadi
demoralisasi, suatu penduduk yang berangsur-angsur bertambah besar menjadi
2.500 jiwa, diubahnya menjadi suatu koloni teladan, di mana mabuk-mabukan,
polisi, hakim, proses-proses pengadilan, undang-undang kemiskinan,
lembaga-lembaga amal, tidak dikenal. Dan semuanya ini hanya dengan menempatkan
orang-orang itu dalam keadaan-keadaan yang layak bagi manusia, dan terutama
dengan penuh perhatian mendidik angkatan muda. Dia adalah pendiri taman
kanak-kanak-taman kanak-kanak dan membuka taman kanak-kanak itu pertama-tama di
New Lanark.
Pada
usia dua tahun anak-anak masuk taman kanak-kanak, di mana mereka demikian
bersenang-senang sehingga hampir tak bisa diajak pulang lagi. Sedang
saingan-saingannya mempekerjakan orang-orangnya tiga belas atau empat belas jam
sehari, di New Lanark hari kerja hanya sepuluh setengah jam. Ketika krisis
kapas menghentikan pekerjaan untuk empat bulan lamanya, buruh-buruhnya terus
menerima upah mereka yang penuh selama itu. Dan dengan semuanya ini perusahaan
naik nilainya lipat dua kali lebih dan sampai pada akhirnya memberikan
laba-laba yang besar kepada pemilik-pemiliknya.
Kendatipun
semuanya ini Owen tidak merasa puas. Kehidupan yang dia jamin bagi
buruh-buruhnya, menurut pandangannya, masih jauh daripada layak bagi manusia.
“Orang-orang itu adalah budak-budak dalam kekuasaanku.” Keadaan-keadaan yang
secara relatif di mana ia telah menempatkan mereka masih jauh daripada
memungkinkan suatu perkembangan yang rasionil dari watak dan intelek ke semua
jurusan, apalagi bagi penggunaan secara bebas dari semua kecakapan mereka.
“Meskipun demikian, bagian yang bekerja dari penduduk 2.500 jiwa ini setiap
harinya menghasilkan kekayaan riil bagi masyarakat sebanyak, kurang dari
setengah abad sebelumnya, yang semestinya untuk menciptakannya diperlukan
bagian yang bekerja dari penduduk sejumlah 600.000 jiwa. Saya bertanya kepada
diri sendiri, apa yang terjadi dengan selisih antara kekayaan yang dikonsumsi
oleh 2.500 orang dengan yang semestinya dikonsumsi oleh 600.000 orang itu?"
Jawabnya
jelas. Ia telah dipergunakan untuk membayar pemilik-pemilik perusahaan 5% atas
kapital yang telah mereka keluarkan, selain £ 300.000 lebih sebagai laba
bersih. Dan apa yang berlaku bagi New Lanark lebih-lebih lagi berlaku bagi
semua pabrik di Inggris. “Seandainya kekayaan baru ini tidak diciptakan oleh
mesin-mesin, yang telah dipergunakan secara tidak sempurna itu, maka
peperangan-peperangan di Eropa melawan Napoleon, dan untuk menyokong
prinsip-prinsip aristokratis dari masyarakat, tidak dapat dilakukan.
Namun
demikian, kekuatan baru ini adalah ciptaan kelas buruh." Oleh karena itu, menjadi
milik merekalah hasil-hasil dari kekuatan baru ini. Tenaga-tenaga produktif
raksasa yang baru diciptakan, yang sampai kini hanya digunakan untuk memperkaya
individu-individu dan untuk memperbudak massa, memberikan kepada Owen
dasar-dasar untuk suatu pembangunan kembali masyarakat; tenaga-tenaga produktif
itu ditakdirkan, sebagai milik umum dari semua, untuk dikerjakan bagi
kesejahteraan bersama semua orang.
Komunismenya
Owen adalah beralaskan dasar perusahaan ini semata-mata, hasil, boleh
dikatakan, dari perhitungan dagang. Seluruhnya, ia mempertahankan watak praktis
ini. Demikianlah, dalam tahun 1823 Owen mengusulkan peringanan bagi
kesengsaraan di Irlandia dengan koloni-koloni Komunis dan menyusun anggaran
yang lengkap dari ongkos-ongkos pembangunannya, pengeluaran setiap tahun dan
pendapatan yang mungkin. Dan dalam rencananya yang pasti untuk masa depan,
pengerjaan teknis dari detail-detail dilakukan dengan pengetahuan yang begitu
praktis — peta dasar (platte grond), bagian depan dan samping serta
pemandangan-pemandangan yang nampak dari atas termasuk semuanya — sehingga
metode perubahan sosial dari Owen sekali diterima, maka dari pendirian praktis
sedikit yang bisa dicela terhadap penyelenggaraan yang sebenarnya dari hal-hal
yang kecil-kecil itu.
Kemajuannya
ke arah Komunisme adalah titik balik dalam kehidupan Owen. Selama dia hanya
seorang pilantropis (dermawan) saja, dia mendapat ganjaran tidak lain daripada
kekayaan, tepuk tangan, kehormatan dan kemuliaan. Dia adalah orang yang paling
populer di Eropa. Tidak hanya orang-orang dari kelasnya sendiri, tetapi juga
negarawan-negarawan serta pangeran-pangeran mendengarkan dia dengan setuju.
Tetapi ketika dia tampil keluar dengan teori-teori Komunisnya itu adalah soal
yang lain sama sekali. Tiga rintangan besar menurut dia yang terutama
menghalangi jalan ke arah perubahan kemasyarakatan: hak milik perseorangan,
agama, bentuk perkawinan yang sekarang. Dia tahu apa yang akan dihadapinya jika
ia menyerang semuanya ini — keadaan dibuang dan tidak dilindungi undang-undang
lagi, pengeluaran dari masyarakat resmi, kehilangan seluruh kedudukan
sosialnya. Tetapi tidak satupun dari semua ini yang menghalangi dia untuk
menyerangnya tanpa takut akan akibat-akibatnya dan apa yang telah dia ramalkan
terjadi.
Dibuang
dari masyarakat resmi, dengan komplotan bungkam terhadap dia dalam pers, jatuh
bangkrut karena eksperimen-eksperimen Komunisnya yang tidak berhasil di
Amerika, di mana dia telah mengorbankan semua kekayaannya, dia langsung
berbalik kepada kelas buruh dan terus bekerja di tengah-tengah mereka selama
tiga puluh tahun. Setiap gerakan sosial, setiap kemajuan yang nyata di Inggris
untuk kepentingan kaum buruh berhubungan dengan nama Robert Owen. Dia
memaksakan dalam tahun 1819, sesudah lima tahun berjuang, undang-undang pertama
yang membatasi jam kerja bagi wanita dan anak-anak di pabrik-pabrik. Dia
menjadi presiden Kongres pertama di mana semua serikat buruh Inggris bersatu
dalam satu perserikatan buruh yang besar.
Dia
memperkenalkan sebagai tindakan-tindakan peralihan ke arah pengorganisasian
masyarakat secara Komunis sepenuhnya, di satu pihak, perkumpulan-perkumpulan
koperasi untuk perdagangan eceran dan produksi. Hal ini sejak waktu itu,
sekurang-kurangnya, telah memberikan bukti praktis bahwa pedagang dan tuan
pabrik secara sosial tidak perlu sama sekali. Di pihak lain, dia memperkenalkan
pasar-pasar kerja untuk pertukaran hasil-hasil kerja dengan perantaraan uang
kertas-kerja, yang kesatuannya ialah satu jam kerja; badan-badan yang mesti
gagal, tetapi sepenuhnya mendahului bank pertukaran Proudhon pada masa jauh
belakangan, dan berlainan sama sekali dengan ini dalam hal bahwa ia tidak
menyatakan diri sebagai obat mujarab bagi segala penyakit masyarakat, tetapi
hanya sebagai langkah pertama ke arah revolusi masyarakat yang jauh lebih
radikal.
Cara
berpikir dari Utopis itu untuk waktu yang lama telah menguasai ide-ide sosialis
dari abad ke-19 dan masih menguasai beberapa diantaranya. Sampai akhir-akhir
inipun semua Sosialis Perancis dan Inggris masih menghormatinya. Komunisme
Jerman yang terdahulu, termasuk Komunisme Weitling, adalah dari mazhab yang
sama. Bagi semuanya ini Sosialisme adalah merupakan pernyataan kebenaran
absolute, akal dan keadilan, dan hanya harus ditemukan untuk menaklukkan
seluruh dunia berdasarkan kekuatannya sendiri. Dan karena kebenaran absolute
itu tidak bergantung pada waktu, ruang dan pada perkembangan sejarah manusia,
maka hanyalah merupakan suatu kejadian yang kebetulan apabila dan di mana ia
ditemukan. Dengan semuanya ini maka kebenaran absolut, akal dan keadilan adalah
berbeda pada pendiri setiap mazhab yang berlain-lain. Dan karena tiap-tiap
macam yang khusus dari kebenaran absolut, akal dan keadilan dari seseorang juga
ditentukan oleh pengertiannya yang subyektif, syarat-syarat kehidupannya,
ukuran pengetahuannya dan pendidikan inteleknya, maka tidaklah ada kesudahan
lain yang mungkin dalam konflik di antara kebenaran-kebenaran absolut ini
daripada bahwa mereka akan saling mengecualikan.
Maka
itu, tidaklah lain yang dapat keluar dari sini kecuali semacam Sosialisme
rata-rata yang eklektis, yang sesungguhnya sampai sekarang menguasai pikiran
sebagian besar kaum buruh Sosialis di Perancis dan Inggris. Karena itu, suatu
campur-aduk yang mengizinkan adanya sangat bermacam-macam corak pendapat; suatu
campur-aduk dari pernyataan-pernyataan kritis, teori-teori ekonomi,
gambaran-gambaran tentang masyarakat di masa depan dari pendiri-pendiri dari
lain-lain sekte yang membangkitkan perlawanan yang sekecil-kecilnya; suatu
campur-aduk yang semakin mudah dimuaikan semakin pastilah ujung-ujung yang
tajam dari satu-satu bagiannya tergosok dalam arus perdebatan, bagaikan
batu-batu kerikil yang bundar di dalam anak sungai. Untuk membikin Sosialisme
menjadi suatu ilmu, pertama-tama ia harus diletakkan di atas dasar yang riil
(engels).
b. Dua Penemuan Besar Sosialisme Menjadi Ilmu
Marx
dan Engels dalam warisan prestasi yang luar biasa kritis pemikiran
dan budaya manusia, berdasarkan realisasi filsafat, ekonomi, perubahan revolusioner,
penciptaan materialisme historis dan teori nilai lebih. Hal ini karena dua
penemuan besar, sosialisme ditempatkan atas dasar realitas, dari padang gurun
dan menjadi ilmu utopis. Materialisme dan teori nilai lebih adalah landasan
teori sosialisme ilmiah dari dua.
Engels
Bab II buku ini dan awal Bab III dari elemen dasar materialisme
historis membuat dua pernyataan umum. Dia mengatakan: "Seluruh sejarah
masa lalu, selain ke keadaan semula, sejarah perjuangan kelas, ini perjuangan
dengan satu sama lain setiap saat hubungan kelas sosial hubungan produksi dan
pertukaran produk, dengan kata lain, adalah era mereka sendiri hubungan ekonomi
produk, sehingga era struktur sosial dan ekonomi masing-masing dasar bentuk
dalam kenyataannya, setiap periode sejarah dengan fasilitas Perancis dan
fasilitas serta agama, politik, filsafat, dan bentuk lain dari konsep merupakan
seluruh suprastruktur, dalam analisis akhir harus memungkinkan yayasan ini
untuk menjelaskan "" konsepsi materialis tentang sejarah dimulai dari
prinsip berikut: produksi dan pertukaran produk datang dengan produksi adalah
dasar dari semua sistem sosial, muncul di setiap masyarakat sejarah, serta
distribusi produk dan menyertainya.
Masyarakat
dibagi ke dalam kelas atau nilai, adalah apa yang diproduksi, bagaimana
memproduksi dan bagaimana menentukan produk switching, sehingga semua perubahan
sosial dan perubahan politik adalah alasan utama, tidak harus ke pikiran
orang-orang, kepada orang-orang pada kebenaran kekal dan keadilan, untuk
meningkatkan kesadaran media tumbuh untuk mencari, dan akan pergi ke modus
produksi dan pertukaran perubahan untuk mencari, tidak harus berkaitan dengan
filosofi dari kali untuk menemukan, tetapi harus terkait dengan ekonomi kali
untuk mencari.
Materialisme
adalah sosialisme utopis dari bagaimana membuatnya menjadi sebuah ilmu? Secara
khusus, pertama, tentang kontradiksi dasar dari teori materialisme historis,
mengungkapkan kekuatan produktif sosial adalah dasar dari semua sejarah
manusia, kontradiksi antara kekuatan produktif dan hubungan produksi ini
merupakan perkembangan sosial motivasi intrinsik olahraga, segala sesuatu
berasal dari produksi perubahan sosial Perubahan, yang secara ilmiah
menunjukkan bahwa mengganti kapitalisme dengan sosialisme adalah kebutuhan obyektif
perkembangan kekuatan produktif modern adalah kontradiksi dasar dari masyarakat
kapitalis hasil tak terelakkan dari kaum sosialis utopis dikritik dan
dikoreksi hanya dari prinsip-prinsip rasional keadilan yang abstrak mengutuk
modal cacat sistem kapitalis.
Kedua,
materialisme perjuangan kelas adalah kekuatan langsung mengemudi dari
perkembangan doktrin masyarakat kelas keluar dari hubungan ekonomi dan hubungan
kelas untuk mencari cara untuk menyelesaikan konflik sosial, menunjukkan
transformasi dari sistem kapitalis jalan yang benar, tetapi sosialisme
perjuangan proletariat melawan borjuasi, hasil yang tak terelakkan, dikritik
dan dikoreksi kaum sosialis utopis dari pikiran mereka ide cetak biru reformasi
sosial, penguasa amal harapan untuk cara-cara damai untuk mencapai fantasi
sosialisme. Ketiga, orang-orang materialisme historis pada doktrin pencipta
untuk menentukan penyebab kegiatan sejarah massa, kaum proletar dan massa
pekerja adalah transformasi dari dunia lama dan dunia baru mata pelajaran sosial
dan membangun momentum, dapat dan harus bergantung pada kekuatan mereka sendiri
untuk membebaskan diri dan kemanusiaan, sosialis utopis dikritik dan dikoreksi
proletariat hanya sebagai orang yang menderita, dan sejarah kemajuan dan
harapan sosial jenius omset muncul dalam teori keterbatasan individu.
Engels juga membahas teori nilai surplus dan pentingnya penciptaan. Meskipun
kritik sosialis sebelumnya kapitalis dosa produksi, tetapi tidak dapat
mengungkapkan akar ekonomi dari kejahatan ini, mereka dengan keras menentang
eksploitasi kapitalis dari kelas pekerja, tetapi tidak mengerti bagaimana
eksploitasi ini terjadi, itu adalah Bagaimana dihasilkan. Penggunaan Marx
tentang materialisme historis, analisis hubungan produksi kapitalis
dan hukum ekonomi gerak, menemukan nilai sisa, sepenuhnya ditolak esensi dari
eksploitasi kapitalis. Asli dalam sistem kapitalis, pekerja menjual
tenaga mereka dengan jumlah nilai yang diciptakan, bentuk upah daripada pekerja
dari kaum kapitalis mendapatkan jumlah yang jauh lebih besar dari nilai, bagian
besar dari itu adalah untuk menjadi Kapitalis menempati nilai sisa. Dengan
perkembangan kapitalisme, borjuis menempati lebih dan lebih nilai surplus, yang
membentuk kekayaan nilai akumulasi yang sangat borjuis, pemiskinan sangat
berkembang situasi kaum proletar, kaum proletar dan kaum borjuis tumbuh, dan
ini pasti akan mengarah pada perjuangan antara revolusi proletar dan
kediktatoran proletariat.
Engels,
"Masalahnya adalah zaman pembuatan prestasi Marx. Itu membuat sinar matahari
terang ke bidang ekonomi, dan dalam bidang ini, mantan sosialis seperti ekonom
borjuis bekerja dalam kegelapan, meraba-raba. sosialisme ilmiah adalah sebagai
titik awal, sebagai pusat dikembangkan. "Singkatnya, teori nilai lebih
mengungkap rahasia eksploitasi modal kerja, kaum proletar dan kaum borjuis
untuk menjelaskan akar ekonomi bertentangan, menentukan sifat dari sistem
kapitalis dan kematian yang tak terelakkan dari tren, dan menemukan
menggulingkan kapitalisme, realisasi pembawa sosialis misi bersejarah ini
besar, sehingga memberikan suatu sistem sosialisme ilmiah argumen ekonomi.
Materialisme dan teori nilai lebih dari dua penemuan besar, sehingga sosialisme
yang meletakkan dasar yang kuat teori ilmiah dan diserahkan kepada generasi
mendatang. Hari ini, seratus tahun kemudian, kekayaan yang berharga ide dan
tidak ketinggalan jaman, masih kita Komunis - praktek sosialisme ilmiah dan
penerus di tangan senjata ideologis yang tajam. Kita harus serius mempelajari
dan menguasai teori materialisme sejarah dan nilai surplus dan esensi dari
konten ilmiah untuk mengamati dan menganalisis situasi dunia dan perkembangan
tren, mengembangkan arah strategis yang tepat dan penanggulangan. Semuanya
penghinaan, ejekan, mendistorsi, menyerang materialisme dan nilai surplus teori
berpikir dan berbicara, terlepas dari mana asalnya, mereka salah dan berbahaya
dan harus diidentifikasi, ditangkal, benar dan kritik.
4. TOKOH-TOKOH SOSIALIS UTOPIS DAN PERANNYA
1. Thomas
More (1478-1535).
Utopis
adalah Thomas More (1478-1535), seorang sarjana humanis Inggris. Setelah
memangku berbagai jabatan tinggi, Thomas More dihukum mati karena menentang
pengangkatan raja Henry VIII menjadi kepala agama pada tahun 1534.
Dalam karya-karyanya Thomas More mengkritik hubungan-hubungan kapitalis yang
sedang berkembang pada masa itu, dan membeberkan kemelaratan yang dihadapi
rakyat. Ungkapan terkenal Thomas More adalah “domba-domba memakan manusia” yang
dia pakai untuk melukiskan metode barbar yang dipakai pada masa kelahiran dan
perkembangan kapitalisme di Inggris—ketika para tuan tanah mengusir kaum tani
dari tanah-tanah mereka, membakari ladang-ladang kaum tani dan mengubahnya
menjadi padang rumput bagi penggembalaan domba-domba. Thomas More memandang,
bahwa sebab-sebab pokok dari semua bencana masyarakat adalah pemilikan pribadi
(perorangan).
2. Giovanni Domenico
Campanella (Tommazo Campanella) (1568-1639).
Di
samping Thomas More, terdapat Giovanni Domenico Campanella (Tommazo Campanella)
(1568-1639), seorang utopis, seorang komunis utopis Italia. Di masa
mudanya Campanella belajar filsafat dalam sebuah biara. Dia mempelajari
Aristoteles dan para teolog abad pertengahan seperti
Thomas Aquinas dan lain-lain. Karena pengaruh dari filsuf alam
Italia, Tolezia, Campanella menyeberang ke kubu penentang gereja. Pada tahun
1591, Campanella menerbitkan buku berjudul Filsafat yang Dibuktikan dengan
Bantuan Perasaan (Philosophia Sensibus Demonstrata), yang ditujukan untuk
menentang filsafat jaman pertengahan, dan membela filsafat alam Telezia.
Tulisan-tulisannya mengkritik pandangan-pandangan skolastik, menolak
pandangan-pandangan Aristoteles, membela pandangan-pandangan Galilei Galileo,
dan menganjurkan agar melakukan pengenalan sesuatu melalui kenyataan dan
menyerukan agar mempelajari alam semesta.
Campanella
adalah seorang politikus yang progresif dan patriotik. Pada masa itu, Italia
berada di bawah kekuasaan Sepanyol. Campanella berjuang melawan penindasan
Sepanyol, menjadi pemimpin organisasi rahasia yang bertujuan membebaskan Itali.
Karena pengkhianatan, organisasi itu dihancurkan. Tahun 1602 Campanella
dijatuhi hukuman seumur hidup, dan dibebaskan setelah 27 tahun dipenjara. Dalam
penjara dia menulis karya-karyanya yang terkenal, yaitu Pembelaan Atas Galileo
(Apologia pro Galileo), dan Kota Surya (La Citta del Sole).
Dalam Kota Surya dia menguraikan khayalannya tentang masyarakat komunis yang
utopis. Dia mengkritik masyarakat penghisap. Menurut Campanella, kemelaratan
yang luar biasa menyebabkan orang menjadi bajingan, pelit, licik, perampok, tukang
tipu muslihat, berakal busuk, sampah masyarakat dan pembohong. Adanya kekayaan
yang melimpah ruah menyebabkan orang menjadi sombong, tinggi-hati, awam, karena
orang-orang membuat keputusan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak dia pahami,
pengkhianat-pengkhianat, pembohong, pembual, orang-orang yang tak mengenal
belas kasihan, temperamental dan lain-lain.
Campanella secara tangguh membela pandangan
bahwa di dalam masyarakat di mana tidak ada pemilikan pribadi (perorangan),
tidak ada ketimpangan masyarakat dan tidak ada ketimpangan penghidupan. Dalam
keadaan demikian ilmu pengetahuan, tekhnik dan kesenian akan berkembang dengan
pesat. Ide-ide Campanella adalah pernyataan isi hati dan harapan dari kaum
miskin pedesaan dan para intelektual lapisan bawah di Italia pada akhir abad
XVI sampai permulaan abad XVII. Ide-ide utopis Campanella mengenai masyarakat
adil di masa depan hanyalah rekaan, khayalan semata-mata, tidak didasarkan pada
pengetahuan tentang hukum perkembangan masyarakat yang riil.
3. Claude
Henry Saint-Simon (1760-1825).
Dia
adalah seorang sosialis-utopis yang besar di abad XIX. Pandangan-pandangan
sosialnya lahir pada masa kelas proletar masih belum berkembang dan meluas.
Bertentangan dengan pandangan-pandangan sosial masa itu yang membela sistem
penghisapan borjuis, Saint-Simon mengkritik hal itu dan memimpikan suatu
masyarakat yang adil—mengkritik sistim kapitalis dan ingin menggantikannya
dengan sistim sosialis. Saint-Simon berusaha memberi dasar pandangan dari
perkembangan sejarah. Menurut Saint-Simon, setiap sistem masyarakat pada masa
lahirnya merupakan langkah maju ke depan dalam proses perkembangan sejarah.
Saint-Simon
menentang para pendahulunya, terutama Rousseau, yang menganggap bangunan
masyarakat yang ideal adalah masyarakat kekeluargaan. Bertolak dari teorinya
tentang kemajuan sejarah, Saint-Simon menyatakan bahwa jaman keemasan akan tiba
di masa datang. Walaupun demikian, sebagaimana kaum materialis Perancis pada
masa itu, dalam pemahaman tentang tenaga penggerak perkembagan masyarakat, Saint-Simon
masih berdiri pada posisi idealis. Menurutnya, kemajuan ilmu menentukan
perkembangan masyarakat. Menurut pandangannya, sejarah melalui tiga fase
perkembangan, yakni fase teologi (periode kekuasaan sistem keagamaan, termasuk
didalamnya masyarakat perbudakan dan masyarakat feodal), fase metafisika
(periode keruntuhan sistim feodal dan teologi), dan fase positif (bangunan
masyarakat di masa depan, yang didasarkan pada ilmu pengetahuan).
4. Charles Fourier (1772-1837).
Seorang tokoh sosialis-utopis Perancis. Fourier dengan sangat tajam mengkritik
masyarakat borjuis. Fourier mengungkap kontradiksi antara ide-ide dan
pernyataan-pernyataan para ideolog revolusi Perancis mengenai persamaan,
persaudaraan dan keadilan, serta terjadinya kemelaratan di bidang material dan
moral dalam masyarakat borjuis. Fourier menulis, masyarakat borjuis adalah
kotor, penuh dengan pencemaran. Dalam susunan masyarakat seperti itu, di satu
sisi terjadi kemiskinan dan di sisi lain terjadi penumpukan kekayaan yang
melimpah ruah. Susunan masyarakat seperti itu merusak manusia, menindas
perasaan, keinginan dan pikiran. Kebahagiaan seseorang dalam susunan masyarakat
borjuis didasarkan pada ketidakbahagiaan orang lain.
Fourier
dipengaruhi oleh ajaran kaum materialis Perancis mengenai peranan pendidikan.
Dengan mendasarkan pada keharusan munculnya masyarakat sosialis, Fourier
mengembangkan ajaran tentang kesukaan dan kegemaran manusia. Kaum moralis,
sampai saat itu sudah banyak menulis tentang sifat-sifat kotor, sifat-sifat
ceroboh manusia. Menurut Fourier, sebenarnya, yang kotor itu justru adalah
masyarakatnya itu sendiri. Semua sifat manusia adalah baik. Masalahnya adalah
bagaimana menciptakan masyarakat yang sedemikian rupa, hingga memenuhi
keinginan manusia, memenuhi kebutuhan perkembangannya, memenuhi kebutuhannya
untuk maju.
Fourier
melukiskan masyarakat masa depan dengan unsur-unsur dasarnya adalah phalanx,
yang terdiri dari berbagai susunan badan produksi. Setiap anggota phalanx
mempunyai hak untuk bekerja. Dibimbing oleh keinginannya, setiap anggota
phalanx dengan sukarela bebas masuk ke dalam salah satu unit produksi. Kerja
dalam phalanx adalh kebutuhan, keharusan untuk menghasilkan barang kebutuhan
manusia. Sosialisme Fourier adalah sosialisme-utopis. Fourier mengambil sikap
menentang revolusi dengan kekerasan. Karena kecewa atas revolusi Perancis,
Fourier memikirkan propaganda secara damai untuk menyebarkan ide-idenya, untuk
mengorganisasi masyarakat sosialis di masa depan.
5. Jean
Meslier (1664-1729).
seorang
materialis, ateis, komunis-utopis Perancis. Dalam tulisan-tulisannya, Jean
Meslier menyatakan protes yang keras terhadap agama, kebatinan, gereja dan
semua bangunan masyarakat feodal. Meslier memandang kejahatan yang pokok adalah
pembagian kekayaan yang tidak seimbang, tidak merata di antara rakyat. Adapun
penyebab kejahatan itu adalah hak milik perorangan. Raja-raja, kaum bangsawan,
agama telah merampas, menguasai semua kekayaan yang diperoleh dari tanah. Sisa
yang tinggal pada rakyat hanyalah kerja, penderitaan dan kemelaratan. Menurut
Meslier, agama, terutama Kristen adalah hikayat yang hina, keji, yang
direka-reka, dikarang-karang oleh para pendeta, terutama untuk menguasai rakyat
dalam keadaan dunggu dan bebal serta patuh.
Untuk
menghancurkan ketidaksamaan, kaum melarat harus bersatu dan menggulingkan
kekuasaan tirani. Menurut Meslier, masyarakat yang adil di masa depan adalah
masyarakat yang berbentuk federasi dari komune-komune yang semua anggotanya
bekerja dan dengan hak yang sama dapat menggunakan barang kebutuhan sehari-hari.
Pandangan-pandangan sosial Meslier termasuk ke dalam ideologi tani (borjuis
kecil), yakni pandangan komunisme sama rata. Sebagaimana Spinoza, Meslier
dengan tandas mengkritik dualisme Descartes yang mengakui sifat materiil dan
sifat fananya jiwa. Materialisme Meslier berhubungan erat dengan ateismenya
yang militan, sama halnya dengan semua materialisme pra-Marx yang metafisis dan
terbatas. Pandangan-pandangan sosialnya adalah idealis. Menurut Meslier,
penderitaan rakyat disebabkan oleh tidak adanya pendidikan, penipuan yang
dilakukan pemerintah dan gereja.
6. Robert Owen (1771-1858)
Seorang tokoh sosialis-utopis yang besar di abad XIX. Sebagai sorang pabrikan,
selama tahun 1800 sampai tahun 1829, Robert Owen telah bertindak memperpendek
jam kerja di pabriknya menjadi 10.5 jam sehari, dari yang biasanya 13-14 jam
sehari pada masa itu. Robert Owen mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki
penghidupan kaum pekerja dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah, penitipan
anak-anak dan taman kanak-kanak bagi anak-anak kaum buruh. Lama kelamaan, dari
sifatnya yang filantropis Owen berubah jadi penganut komunisme.
Dalam
pandangan-pandangan sosialnya Robert Owen terpengaruh oleh kaum materialis
Perancis abad XVIII. Robert Owen menyatakan bahwa manusia adalah produk dari
keadaan disekitarnya. Dari semua kebiasaan jelek dan kekurangan rakyat, yang
bersalah itu bukanlah orangnya, tetapi susunan masyarakatnya di mana mereka
hidup.Kejahatan rakyat “adalah kejahatan masyarakat itu sendiri, bukanlah
kejahatan pribadi seseorang. Ubahlah syarat-syarat kehidupan material
masyarakat, perbaikilah susunan masyarakat, maka akan berubah pula keinginan
dan kesukaan rakyat”.
5. TUJUAN UTOPIS
A. Menghilangkan
Hak Privat Dan Kompetisi.
Kaum sosialis (“scientific socialism“)
sendiri lebih percaya bahwa kemakmuran akan tercapai bila masing-masing
individu tidak mengejar keuntungan pribadi akan tetapi memberikan seluruhnya
kepada masyarakat sehingga diharapkan seluruh anggota masyarakat dapat
menikmati hasil secara merata. Kaum sosialis mengutuk para kapitalis yang
dianggap memeras kaum buruh, kaum sosialis menganggap pemerintah yang pro
kapitalis tidak akan pernah memperhatikan kesejahteraan kaum proletar, sehingga
satu-satunya cara untuk mencapai kemakmuran adalah dengan menumbangkan pemerintahan
yang kapitalis dan digantikan oleh pemerintahan baru yang pro dengan buruh.
Kaum sosialis tidak percaya bahwa distribusi kekayaan menurut sistem kapitalis
dapat bersifat adil bagi masyarakat kebanyakan.
B.
Memperlakukan Setiap Orang Secara
Sederajat.
Edward Bellamy, seorang
ahli ekonomi utopis, menulis buku Looking Backward pada tahun
1887, dalam negara cita-citanya terdapat kewajiban bekerja dari 21 sampai 45
tahun. Pekerjaan-pekerjaan yang kurang enak dilakukan dalam waktu pendek
dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menyenangkan. Dari hasil yang
dibuat setiap orang akan dibagi sama rata. Sedangkan upah tidak tergantung dari
jumlah barang yang dihasilkan, tetapi semata-mata ditetapkan oleh tenaga-tenaga
yang dipergunakan di mana untuk tenaga yang sama diberi upah yang sama. Setiap
penduduk pada permulaan tahun dikreditkan dalam buku besar nasional untuk
bagiannya dalam pendapatan masyarakat. Pada akhir tahun dikurangkanlah dari
sini apa yang diterimanya dari persediaan negara untuk memenuhi kebutuhannya.
C. Kehidupan Komunal.
Francis
Bacon menulis buku Nova Atlantis (1623). Francis
Bacon berpendapat bahwa masyarakat yang diidam-idamkan adalah saat
orang-orannya memiliki keinsyafan yang sempurna dalam hukum-hukum alam, segala
kebodohan, kejahilan dan prasangka sudah ditaklukan.
a. Populasi dan lokasi
konsep
penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu menggambarka tentang falsafah
sosialis utopisdalam
penelitian ini menjelaskan hasil-hasil pemikiran sosialis utopis yang menjadi
landasan utama sosialis selanjutnya, baik yang di kembangkan oleh marx dan di
aplikasikan oleh lenin dan stelin
b. Metode
Metode
penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
sosial.
Francis
Bacon menulis buku Nova Atlantis (1623). Francis
Bacon berpendapat bahwa masyarakat yang diidam-idamkan adalah saat
orang-orannya memiliki keinsyafan yang sempurna dalam hukum-hukum alam, segala
kebodohan, kejahilan dan prasangka sudah ditaklukan
Materialisme
dan teori nilai lebih dari dua penemuan besar, sehingga sosialisme yang
meletakkan dasar yang kuat teori ilmiah dan diserahkan kepada generasi
mendatang
Sosialisme
adalah suatu cita-cita, suatu ajaran dan suatu pandangan hidup. Akan
tetapi Sosialisme adalah pula suatu gerakan untuk mengubah masyarakat hidup
bersama, serta kehidupan kita umumnya. Malahan Sosialisme sekarang pun
merupakan kekuasaan, kekuasaan di berbagai negeri dan bangsa dimana kaum yang
mengaku dirinya sosialis telah berhasil untuk memegang tampuk pemerintahan
(syahrir).
d. Teknik Pengumpulan Data
a. studi pustaka dan dokumen
Cara pengumpulan data yang di lakukan berhubungan dengan
penelitian. Teknik ini digunakan untuk menunjang data primerr atau data utama
yang diperoleh dari studi pustaka. Teknik ini membantu peneliti dalam
menelusuri pembahasan melalui tulisan-tulisan yang pernah ada tentang
pendidikan politik.
Data dan informasi yang telah di kumpulkan daru buku-buku dan
literatur akan di olah dan di analisis secara kualitatif dengan melihat
falsafah sosialis di masa silam.
Seperti
penelitian-penelitian lainnya di dalam penelilitian falsafah sosialis utopis
ini peneliti cukup banyak mendapatkan kesulitan-kesulitan mulai dari mencari
buku-buku sebagai sumber prime dan yang di butuhkan sampai waktu yang tersedia
hanya dua minggu sehingga penelitian ini perlu mendapat
- Bernstein,
S. The primacy of politics. New York. B.W. huebsch. 1911.
- Deliarnov.
Ekonomi Politik: mencakup berbagai teori dan konsep yang komprehensif. Ciracas.
Erlangga. 2006
- Engels,
Friederich. Sosialisme: Utopis dan Ilmiah.
(1880).
- Ishiyama,
john T. & marijke breuning. 21st contury political science: A
reference handbook(terjemahan). Jakarta. Kencana prenada media group. 2003.
- Marx,karl.
Communist
Manifesto.
...1873
- Trotsky,
Leon. Hasil dan Prospek. (1906).
1
Inilah bagian tentang Revolusi Perancis: "Pikiran, konsepsi hukum,
sekonyong-konyong membikin dirinya terasa, dan untuk menentang ini perancah
lama dari ketidakadilan tak dapat bertahan. Karena itu dalam konsepsi hukum ini
sekarang telah dibentuk suatu konstitusi dan mulai sekarang segala-sesuatu
harus berdasarkan ini. Sejak matahari berada dalam cakrawala dan planet-planet
berputar di sekelilingnya, belum pernah nampak pandangan dari orang yang
berdiri di atas kepalanya - yaitu, di atas Ide - dan membangun realitet menurut
gambaran ini. Anaxagoras mula-mula mengatakan bahwa Nous, akal, memerintah
dunia; tetapi sekarang, untuk pertama kali, orang menjadi mengakui bahwa Ide
harus memerintah realitet mental. Dan ini adalah matahari terbit yang sangat
bagus. Semua makhluk yang berpikir telah ikut-serta dalam merayakan hari suci
ini. Suatu emosi yang luhur menguasai manusia pada waktu itu, suatu entusiasme
akal memenuhi dunia, seolah-olah sekarang telah tiba perdamaian antara Prinsip
Ilahi dengan dunia." (Hegel: Filsafat Sejarah, 1840, halaman 535).
Tidakkah sudah tiba waktunya untuk memberlakukan undang-undang anti-Sosialis
terhadap ajaran-ajaran sedemikian itu, yang subversif dan membahayakan umum,
dari almarhum Profesor Hegel? (Catatan Engels).
2
Kaum Anabaptis (kaum Rebaptis: Pengikut-Pengikut suatu sekte keagamaan yang
timbul di Jerman dan Nederland dalam abad ke-16. Selama Perang Tani 1524-1525
kaum Anabaptis, yang kebanyakannya adalah petani-petani, tukang-tukang dan
pedagang-pedagang kecil, masuk ke dalam sayap yang paling revolusioner yang
dipimpin oleh Thomas Münzer. - Red.
3
Yang dimaksudkan ialah "kaum Leveller sejati" atau "kaum
penggali", seperti mereka itu dinamakan, yaitu wakil-wakil dari
kepentingan-kepentingan kaum miskin kota dan pedesaan selama revolusi borjuis
Inggris abad ke-17. - Red.
4
Yang dimaksud Engels di sini ialah karya-karya Sosialis-Sosialis utopis Thomas
More (abad ke-16) dan Tommaso Campanella (abad ke-17). - Red.
5
Dari "Revolusi Dalam Pikiran dan Praktek", halaman 21, sebuah nota
yang dialamatkan kepada semua "kaum Republiken merah, Komunis dan Sosialis
Eropa", dan dikirimkan kepada pemerintah sementara Perancis, 1848, dan
juga "kepada Ratu Victoria serta para penasehatnya yang
bertanggungjawab". (Catatan Engels).
6
Catatan, di tempat yang dikutip, halaman 22. (Catatan Engels).
ukang dan
pedagang-pedagang kecil, masuk ke dalam sayap yang paling revolusioner yang
dipimpin oleh Thomas Münzer. - Red.
3
Yang dimaksudkan ialah "kaum Leveller sejati" atau "kaum
penggali", seperti mereka itu dinamakan, yaitu wakil-wakil dari
kepentingan-kepentingan kaum miskin kota dan pedesaan selama revolusi borjuis
Inggris abad ke-17. - Red.
4
Yang dimaksud Engels di sini ialah karya-karya Sosialis-Sosialis utopis Thomas
More (abad ke-16) dan Tommaso Campanella (abad ke-17). - Red.
5
Dari "Revolusi Dalam Pikiran dan Praktek", halaman 21, sebuah nota
yang dialamatkan kepada semua "kaum Republiken merah, Komunis dan Sosialis
Eropa", dan dikirimkan kepada pemerintah sementara Perancis, 1848, dan
juga "kepada Ratu Victoria serta para penasehatnya yang
bertanggungjawab". (Catatan Engels).
6
Catatan, di tempat yang dikutip, halaman 22. (Catatan Engels).