PENGERTIAN KONFLIK
Menurut
Webster (1966), ‘conflik’ di dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian,
peperangan, atau perjuangan”. Yaitu berupa konfronstasi fisik antara beberapa
pihak. Tetapi arti kata itu kemudian berkembang dengan masuknya “ketidak
sepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, ide, dan
lain-lain”.
Menurut
Dean G.Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin, konfik yaitu persepsi mengenai perbedaan
kepentingan (perceived difergence of
interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang
berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan.
SUMBER-SUMBER KONFLIK
-
Determinan
Tingkat Aspirasi.
Aspirasi bangkit dan
kemudian menghasilkan konflik karena salah satu dari dua alasan, yaitu masing-masing
pihak memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka mampu mendapatkan sebuah objek
bernilai untuk diri mereka sendiri atau mereka percaya bahwa mereka berhak
objek tersebut. Pertimbangan pertama bersifat realistis, sedangkan yang kedua bersifat idealistis.
a) Prestasi masa lalu.
b) Persepsi mengenai kekuasaan.
c) Aturan dan norma.
d) Perbandingan dengan orang lain.
e) Terbentuknya kelompok pejuang (Struggle Group).
2. Determinan Persepsi Mengenai Aspirasi Para Pihak lain.
3. Tidak Adanya Alternatif Yang dapat Diterima Semua Pihak.
4. Stabilitas sebagai penekan konflik.
a) Prestasi masa lalu.
b) Persepsi mengenai kekuasaan.
c) Aturan dan norma.
d) Perbandingan dengan orang lain.
e) Terbentuknya kelompok pejuang (Struggle Group).
2. Determinan Persepsi Mengenai Aspirasi Para Pihak lain.
3. Tidak Adanya Alternatif Yang dapat Diterima Semua Pihak.
4. Stabilitas sebagai penekan konflik.
BAIK DAN BURUK TENTANG KONFLIK
Kabar
Baik
Meskipun
konflik dapat ditemukan di hampir setiap bidang interaksi manusia, Darwin,
Freud, dan Marx telah membuat hal ini menjadi jelas dan meskipun berbagai
episode konflik merupakan peristiwa-peristiwa paling signifikan dan pantas
menjadi berita dalam kehidupan manusia, tetapi anggapan bahwa setiap interaksi
perlu melibatkan konflik adalah salah. Bila mana konflik itu memang tetap
terjadi, maka lebih sering konflik itu dapat teratasi daripada tidak, bahkan
dapat diselesaikan dengan sedikit masalah dan dapat memuaskan semua pihak.
- Pertama, konflik adalah persemain yang
subur bagi terjadinya perubahan social. Orang yang menganggap situasi yang
dihadapi tidak adil atau menganggap bahwa kebijakan yang berlaku saat ini tolol
biasanya mengalami pertentangan dengan peraturan yang berlaku sebelumnya.
- Kedua, konflik social adalah konflik
tersebut memfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas berbagai kepentingan.
Kebanyakan konflik tidak berakhir dengan kemenangan di salah satu pihak dan
kekalahan di pihak lainnya. Sebaliknya, beberapa sintesis dari posisi dari
kedua belah pihak yang bertikai, beberapa di antaranya berupa kesepakatan yang
bersifat integrative yang menguntungkan kedua belah pihak dan memberikan
manfaat kolektif yang lebih besar bagi para anggotanya sering kali terjadi.
- Ketiga, atas dasar kedua fungsi diatas,
konflik dapat mempererat persatuan kelompok. Tanpa adanya kapasitas perubahan
social atau rekonsiliasi atau kepentingan individual yang berbeda, maka
sodilaritas kelompok tampaknya akan merosot dengan serta membawa serta
efektivitas kelompok dan kenikmatan pengalaman berkelompok (coser, 1959).
Kabar
Buruk
Ketika
konflik benar-benar terjadi, biasanya dapat teratasi tanpa sakit hati maupun
dendam, dan bahkan disertai sejumlah fungsi positif. Sekalipun demikian,
konflik benar-benar mampu menimbulkan malapetaka dimasyarakat. Angka kematian
akibat konflik sangat mengkhawatirkan. Dan dengan pedang penghancur bertenaga
nuklir damoclea yang membayangi kepala kita semua, pasti sangatlah sulit untuk
mengingkari kenyataan bahwa konflik adalah masalah utama.
Meskipun
tampaknya paradoksal, bahwa konflik dapat berakibat buruk sekaligus
menguntungkan, paradox ini sering kali lebih bersifat tidak nyata. Yang lebih
sering terjadi adalah fungsi positif dibenamkan oleh konsekuensi negative yang
timbul akibat digunakannya taktik contentions
yang berlebihan. Dalam kepanikan akibat penghinaan, ancaman, dan bahkan tekanan
fisik, kiranya sulit untuk melihat adanya fungsi positif konflik.
Ketika
orang menangani konflik dengan contending
di mana masing-masing berusaha agar sedapat mungkin pihak lawanlah yang
berkorban, maka sejumlah tindakan dan tindakan balik yang dilakukan justru akan
cenderung menimbulkan itensitas konflik. Kita menyebut peningkatan itensitas
ini sebagai eskalasi.
PENYELESAIN KONFLIK
Contending (bertanding).
Contending
yaitu taktik mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai oleh salah satu pihak
atas pihak lain. Presiden Reagan menerapkan perilaku constending, ketika ia secara sepihak memecat para anggota serikat
buruh yang mengikuti aksi mogok. Di dalam pertengkaran antara kedua bocah, contending tersebut terbentuk tindakan
fisik, yaitu bergulat untuk memperebutkan satu coklat.
Yielding (mengalah).
Yielding
yaitu taktik menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima dari yang
sebetulnya diinginkan. Masing-masing pihak bersedia menerima kurang dari yang
sebetulnya mereka inginkan untuk mencapai kesepakatan yang dapat di terima
kedua belah pihak. Yielding memang
menciptakan solusi, tetapi bukan solusi yang berkualitas tinggi. Dalam teknik
ini salah satu pihak menarik diri dari konflik yang lebih besar, biasanya
pemikiran ini lahir akibat besarnya biaya konflik yang di keluarkan dari pada
manfaat yang di terima. Sehingga kedua pihak berunding dan menerima sebagian
yang di sengketa, bahkan sangat kecil dari yang di inginkan.
Problem Solving (pemecah masalah).
Yaitu
mencari alternative yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Dalam teknik ini
pihak yang bersengketa sudah di fasilitasi oleh pihak ketiga untuk berunding
bersama-sama guna mencapai satu kesepakatan yang saling memuaskan kedua belah
pihak. Dalam problem solving pihak
ketiga harus benar-benar netral, tidak memihak ke salah satu pihak yang
bersengketa. Jika pihak ketiga memihak kesalah satu pihak maka akan menimbulkan
konflik yang lebih besar dan meluas.
With Drawing (menarik diri)
Yaitu
memilih meninggalkan situasi konflik, baik secara fisik maupun psikologis. With Drawing biasanya terjadi dalam
konflik antara Negara besar dengan Negara miskin, sehingga Negara miskin
menarik diri dari sengketa. Negara miskin ini telah mempertimbangkan bahwa jika
ia turun dalam konflik maka ia kalah secara materi dan financial, dan biasanya
kerugian akan sangat besar. Dengan menarik diri dari konflik maka ia akan tetap
aman, walaupun jatuhnya martabat. Seperti, perginya seorang bocah dari
pertengkaran dengan orang dewasa, dengan perginya bocah ini maka konflik tidak
terjadi, walau haknya telah dirampas, namun setidaknya bocah ini tidak babak
belur di hantam oleh orang dewasa ini.
Inaction (diam).
Yaitu,
tidak melakukan apapun. Inaction
biasanya terjadi akibat pemimpin lamban dalam mengambil kebijakan yang lebih
tegas. Masing-masing pihak saling menunggu
langkah berikut dari pihak lainnya.
Ketiga,
contending, yielding, dan problem solving
dapat dianggap sebagai strategi untuk mengatasi konflik, dalam arti bahwa
masing-masing melibatkan beberapa usaha yang relative konsisten dan koheren
untuk mengatasi konflik. Sebaliknya, with
drawing dan inaction adalah
strategi yang tidak dimaksudkan untuk mengatasi tetapi untuk menghentikan atau
mengbaikan konflik.
Daftar Pustaka
Coser,
L.A. 1959. The Functions of Social
Conflikt. New York. Free Fress.
Pruitt
D.G and Rubin J.Z. 1986. Social Conflict
Escalation, stalemate, and Settlement. McGraw-Hill, Inc.
Webster,
N. 1966. New Twentieth Century
Dictionary. 2nd ed.
0 komentar:
Post a Comment