TEORI KEADILAN
( A Theory of Justice)
PENGANTAR
Tulisan ini dimaksudkan untuk
memberikan sebuah pengertian tentang Keadilan dari dua pandangan besar, dari
sudut pandangan Liberal dan Marxis. Bahan yang dicakup dalam tulisan ini
dicakup dalam tulisan ini hamper seluruhnya terdiri dari karya-karya terkini
dalam filsafat politik, terutama sekali, teori-teori terkini tentang masyarakat
yang baik, bebas dan adil.
Salah satu alasan mengapa saya
menulis tentang teori keadilan ini, karena saya menilai sedikitnya pengetahuan
yang tersedia di akademisi. Selain itu saya percaya bahwa terdapat banyak
sekali karya yang sangat penting dan menarik yang tengah di kerjakan dalam bidang
ini.
UTILITARIANISME
Secara umum dapat diterima bahwa
kelahiran kembali filsafat politik normative baru-baru ini dimulai dengan
terbitnya karya John Rawls, A Theory of
Justice, pada tahun 1971, dan teorinya akan merupakan tempat yang tepat
untuk memualai memeriksa teori-teori keadilan kontemporer. Teori Rawls
mendominasi perdebatan kontemporer, bukan karena semua orang menerimanya,
tetapi karena pandangan-pandangan alternative seringkali disajikan sebagai
tanggapan atas teori ini.
Mendefenisikan
Utiliti
Kaum utility secara tradisional
telah mendefenisikan utility dalam pengertian kebaahagiaan (happiness). Maka slogan umum yang
digunakan kaum utility yaitu ‘the
greatest happiness of the greatest number’ (kebahagian besar untuk jumlah
yang besar)1. Namun tidak semua kaum utility menerima penilain
kesejahteraan manusia yang ‘hedonistik’ semacam ini. Dalam tulisan kymlicka,
ada empat posisi yang dapat dikenali yang diterima berkenaan dengan pertanyaan
ini.
a.
Hedonism
kesejahteraan
Pandangan
pertama, dan sangat berpengaruh dalam tradisi uniliti adalah pandangan bahwa
pengalaman atau sensasi kenikmatan merupakan kebaikan utama manusia. Pengalaman
atau sensasi kenikmatan ini adalah kebaikan yang merupakan tujuan dalam dirinya
sendiri, yang kepadanya semua kebaikan lain merupakan sarana.
b.
Kemanfaatan
keadaan mental non-hedonistik
Penilain
utility yang hedonistic itu keliru, karena nilai-nilai yang berharga yang
dimiliki dan dilakukan dalam kehidupan tidak semuanya dapat direduksi pada satu
keadaan mental seperti kebahagiaan (kymlicka: 1970). Sebuah tanggapan
mengatakan bahwa banyak bentuk pengalaman yang berbeda tetap bernilai dan bahwa
kita harus mempromosikan seluruh susunan keadaan mental yang bernilai.
Kaum
uniliti yang mengadopsi penilain ini menerima bahwa pengalaman menulis puisi,
keadaan mental yang mengiringinya, dapat menguntungkan meskipun tanpa rasa
nikmat. Penilain ini tidak terhindar dari keberatan yang diajukan Nozick. Dalam
kenyataannya, penemuan Nozick disebut sebagai ‘mesin pengalaman’ (experience machine), dan obat terlarang
dapat menghasilkan semua perasaan mental yang diinginkan.
c.
Kepuasan
preferensi
Pilihan
ketiga adalah penilain utility sebagai ‘kepuasan referensi’ (preference satisfaction). Menurut
pandangan ini, meningkatkan utility orang berarti memuaskan referensinya,
apapun preferensinya itu. Kaum utility yang mengadopsi penilain ini menyarankan
kita untuk memuaskan semua bentuk preferensi secara merata, karena mereka
menyamakan kesejahteraan dengan kepuasan preferensi.
Preferensi,
karena itu, tidak menentukan kebaikan kita. Justru lebih tepat mengatakan bahwa
preferensi kita adalah ramalan tentang
kebaikan kita. Kita ingin memiliki nilai-nilai berharga untuk di miliki,
dan preferensi kita saat ini mencerminkan kepercayaan kita saat ini tentang apa
hal-hal yang berharga itu.
d.
Preferensi
yang berpengahuan
Penilain
utility yang keempat mencoba menampung masalah preferensi yang keliru dengan
mendefenisikan kesejahteraan sebagai kepuasan preferensi ‘kepuasan’ atau
‘berpengetahuan’. Unilitarisme, menurut pandangan ini bertujuan memuaskan
preferensi yang didasarkan pada informasi yang lengkap dan pertimbangan yang
benar, sambil menolak preferensi yang irasional dan keliru.
Pertimbangan
yang keempat ini nampaknya benar kebaikan utama manusia adalah kepuasan
preferensi rasional. Meskipun pandangan ini tidak dapat disangkal, tetapi
kabur. Pandangan ini tidak menyatakan rintangan apa yang mungkin dianggap
sebagai ,utiliti’ kebahagiaan setidaknya memiliki manfaat yang pada prinsipnya
dapat diukur.
Dua
Daya Tarik
Ada dua cirri yang menyebabka utility menjadi teori
moralitas politik yang menarik. Pertama, tujuan yang dipromosikan kaum utility
tidak bergantung pada keberadaan tuhan, atau jiwa, atau semua entitas meta
fisik lain yang meragukan. Sejumlah teori moral mengatakan bahwa apa yang
penting adalah keadaan jiwa seseorang, atau bahwa orang hendaknya hidup sesuai
kehendak tuhan, atau kehidupan seseorang akan berjalan baik dengan memiliki
kehidupan abadi dalam wilayah pengada yang lain. Kebaikan yang dipromosikan
kaum utility yaitu kebahagiaan atau kesejahteraan, atau kehidupan yang baik
adalah suatu kita kejar dalam kehidupan kita sendiri dan dalam kehidupan mereka
yang kita cintai.
Kaum utility hanya menuntut bahwa
pengejaran kepada kesejahteraan manusia (human
welfer) atau kemanfaatannya (utility).
Daya tarik lain tetapi masih
berkait adalah ‘konsekuensialisme’ pada paham utility. Konsekuensialisme
mengharuskan kita guna melihat apakah tindakan atau kebijaksanaan yang sedang
dipersoalkan sungguh-sungguh mengandung kebaikan yang dapat dikenali atau
tidak. Konsekuensialisme mencegan
membuat larangan moral yang Nampak seenaknya itu. Konsekuensialisme meminta
setiap orang yang mengecam sesuatu sebagai salah secara moral harus menunjukkan
sapa yang salah, yakni mereka harus
menunjukkan bagaimana kehidupan seseorang menjadi buruk.
Demikian juga, konsekuensialisme
mengatakan bahwa sesuatu dapat disebut ‘secara moral baik’ hanya jika ini
membuat kehidupan seseorang menjadi baik.
Utilitarianisme dapat dipecah
kedalam dua bagian:
a.
Sebuah
penilain tentang kesejahteraan manusia.
b. Sebuah
petunjuk untuk memaksimalkan kesejahteraa, yang didefenisikan sebagai,
memberikan bobot yang sama pada kesejahteraan orang-perorangan.
Not: untuk marxis dan liberal sedang dalam penulisan, semoga besok bisa di publikasi.. beserta daftar pustakanya. trksh..